Pena News 12-04-2014.
Dewan
Pimpinan Pusat
Partai Nasional Aceh (DPP-PNA)
Partai Nasional Aceh (DPP-PNA)
Press Release
PNA KEHILANGAN LEBIH 40% SUARA
Pelaksanaan Pemilu legislatif 9 April
2014 di Aceh telah diwarnai pelanggaran dan kecurangan yang sangat terbuka,
sistemik dan telah menodai pelaksanaan demokrasi di Aceh. Selain pelanggaran,
pelaksanaan Pemilu kali ini juga diwarnai kekerasan dan intimidasi baik sebelum
pelaksanaan Pemilu maupun di hari pemilihan. Kekerasan terjadi dilakukan baik
oleh Partai penguasa maupun pelaksana Pemilu, Pemerintah di setiap tingkatan. Korban
utama dari kekerasan, pelanggaran dan kecurangan ini adalah Partai Nasional Aceh.
Data Center PNA mencatat lebih 40% suara PNA hilang diakibatkan pelanggaran
dikarenakan intimidasi dan manipulasi suara.
Kondisi terjadi khususnya di wilayah Sabang, Aceh Besar, Pidie,
Aceh Utara, Lhok Seumawe, Bireuen, Aceh Timur, dan Kota Langsa. Begitu juga
dengan kawasan pantai Barat Selatan seperti Aceh Jaya, Aceh Barat, Aceh Barat
Daya, Nagan Raya. Saat ini Data Center PNA terus menerima laporan dari saksi
diseluruh TPS di Aceh, dan diperkirakan akan terus bertambah.
Secara umum modus yang mengakibat hilangnya suara Partai
Nasional Aceh adalah sebagai berikut :
INTIMIDASI DAN TEROR OLEH PARTAI PENGUASA
Sejak proses pembentukan partai hingga menjelang hari pemilihan,
PNA senantiasa mendapat teror dan intimidasi dari partai yang berkuasa. Mulai
pembunuhan pengurus dan para kader, penganiayaan, ancaman hingga perusakan
harta benda yang membuat ruang gerak PNA sangat terbatas. Bahkan salah satu
kader kami yang diculik sampai hari ini belum ditemukan. Di basis-basis Partai
yang berkuasa, lebih 80% saksi dari PNA tidak bisa bekerja secara maksimal.
Bahkan ratusan diantaranya mengundurkan diri karena berbagai ancaman.
Intimidasi juga dilakukan kepada masyarakat dan para pemilih agar memilih
partai yang berkuasa, sehingga masyarakat tidak bisa menentukan pilihan
lainnya.
KECURANGAN OLEH PENYELENGGARA
KIP (Komisi Independen Pemilihan) Propinsi, KIP Kabupaten/kota,
PPK, PPS dan KPPS secara nyata memihak partai Aceh, yang dibuktikan dengan
kasus suara yang sudah tercoblos sebelum hari H; upaya memanipulasi suara oleh
ketua KIP Aceh Timur; pengarahan oleh KPPS di bilik suara yang terjadi di
berbagai tempat, undangan yang tidak dibagi dan pelanggaran lainnya. Kecurangan
dari penyelenggara ini dimulai dari proses pengangkatan anggota KIP yang tidak
transparan dan hanya mengakomodir calon-calon yang mendukung partai penguasa.
Beberapa anggota KIP secara terang-terangan terlibat dalam kegiatan-kegiatan
Partai yang berkuasa.
Keberpihakan penyelenggara juga diperkuat oleh pernyataan Ketua
Bawaslu pada konferensi persnya Kamis, 10 April 2014.
Ironisnya, penyelenggara pemilu juga tidak mengantisipasi
penghitungan suara di malam hari, banyak TPS yang tidak terpasang lampu
sehingga harus menghitung dengan senter. Sangat banyak kecurangan terjadi
sewaktu penghitungan suara di malam hari.
KEBERPIHAKAN PEMERINTAH
Hilangnya suara PNA juga dikarenakan Pemerintah Aceh dan
kabupaten/kota tidak netral dan secara terang-terangan berpihak kepada Partai
berkuasa. Keberpihakan tersebut dilakukan dengan mengarahkan dan mengancam PNS,
Camat dan aparatur pemerintah lainnya untuk mendukung partai berkuasa.
Keberpihakan lainnya dengan menggunakan fasilitas dan program-program
pemerintah untuk mendukung partai yang berkuasa. Pembiaran juga dilakukan
pemerintah dengan mendiamkan kendaraan berbalut sticker dan atribut Partai Aceh
di sekitaran TPS. Ini adalah intimidasi kepada pemilih. Semua ini bukan hanya
dilaporkan oleh kader PNA di lapangan, tapi juga ditemukan oleh LSM yang
melakukan pemantauan pemilu.
Selain itu ada dugaan partai berkuasa ingin mengklaim kemenangan
sampai lebih 50% suara, apalagi Setda Aceh berusaha menutup akses informasi
penghitungan suara Biro Pemerintahan kepada publik. Pernyataan Sekda Aceh yang
dimuat harian Serambi 11 April 2014 yang menyatakan data Desk Pemilu Pemerintah
Aceh tidak boleh diakses juga menunjukkan keberpihakan Pemerintah terhadap
partai berkuasa.
Dengan berbagai kecurangan dan kekerasan tersebut PNA berharap
masyarakat dan seluruh komponen yang ada untuk melakukan pemantauan dan
mengontrol hasil Pemilu agar proses demokrasi tidak gagal di Aceh.
Saat ini, Data Center terus menerima laporan dan mencocokkan
suara-suara di basis-basis PNA dengan suara yang diperoleh dari hasil Pemilu
2014. Dengan berbagai kecurangan dan kekerasan yang menimpa kami, pimpinan PNA
menolak hasil Pemilu 2014 di beberapa kabupaten dan TPS yg terjadi pelanggaran.
Banda
Aceh 11 April 2014
IRWANSYAH
KETUA UMUM PARTAI NASIONAL ACEH [PNA]
IRWANSYAH
KETUA UMUM PARTAI NASIONAL ACEH [PNA]
0 Komentar