Like on Facebook

header ads

Tak “Cacat” Akan Memiliki Impian Hidup


Yuswadi bin H. Achaled Mansur

PENA News | Pada suatu rentang perlajanan dibanyak kota, mulai dari Kota Sabang-Aceh sampai ke Kota Lombok-NTB, hingga ke Negeri Jiran Malaysia. Terselipkan tinta PENA ataupun ACHEHSCANDINAVIA bagi penulis untuk belajar banyak hal dalam berkarya demi menoreh prestasi dan masa depan. Maka saya coba untuk menulis yang dituangkan dari sebuah pengalaman dan pengetahuan yang mungkin menjadikan satu prespektif dalam tatanan kehidupan yang sedang kita lalui.

Kita terima akan sebuah paradigma baru atau tidak dalam perjalanan hidup kita adalah tergantung bagaimana dalam menyikapi akan sebuah persoalan yang kita lalui dalam hidup, maka seseorang harus tahu arti berfikir? Kecuali orang “cacat” yang hilang ingatan (gila). Karenanya impian hidup dimiliki orang-orang yang tidak “cacat” ingatannya.

Karena pada dasarnya seseorang bicara karena 3 hal, pertama seseorang berbicara karena memakai otak (berfikir), kedua ada orang ketika dia berbicara menggunakan hati (perasaan), ketiga ada orang ketika dia berbicara menggunakan nafsu (keinginan).

Ketika seseorang berbicara menggunakan otak (berfikir), maka selalu bijak dari berbagai sudut pandang. Sebab berfikir adalah pengetahuan sain. Dan pengetahuan sain itu, adalah logika, sedangkan logika adalah matematik yaitu true atau false (angka 1 atau 0), maka angka satu atau nol adalah adalah pasti.

Arti berfikir adalah melihat suatu persoalan dengan sudut pandang yang berbeda-beda sehingga menghasilkan satu keputusan yang tepat. Seseorang tidak bisa berfikir, pada saat tidak melihat sesuatu hal dalam bentuk fakta, karena setelah kita melihat akan sesuatu, maka barulah dikirim ke otak untuk diolah akan informasi yang kita lihat.

Menurut penulis ketika seseorang berbicara tidak berdasarkan dan ataupun melihat sebuah fakta, maka seseorang itu berbicara karena hatinya atau nafsunya, tapi bukan karena dia berfikir. Tentu kedua hal itu tidak akan bijak adanya pada berbagai sudut pandang sisi kehidupan.

Dimana ketika seseorang berbicara haruslah tahu akan dasar masalah atau persoalan yang dia bicarakan tersebut. Karenanya, dia akan tahu nilai dari berbagai sisi masalah atau persoalan yang ada.

Dimana pada rentang kehidupan ini setiap apapun yang kita bicarakan dan kita lakukan tentu ada kaitannya dengan Agama, Politik dan Ekonomi. Ketiga hal ini adalah saling berhubungan dan saling berkaitan serta tak dapat dipisahkan dalam kehidupan kita.

Untuk dapat melihat berbagai sisi sudut pandang Agama, Politik dan Ekonomi kita haruslah tahu dari pada dasar Agama. Yaitu, baik-buruk, dasar Politik adalah kalah-menang dan dasar Ekonomi adalah laba-rugi.

Menjalani sebuah kehidupan ini untuk meraih prestasi, hidup sukses adalah sebuah target. Dimana dalam pencapaian target tersebut tidak lepas dari kuncinya adalah hati yang bersih pada orang lain dan zikir dalam setiap detak jantung kita.

Karena itulah, landasan pencapaian ketenangan bathin dalam setiap kondisi apapun kita berada. Kita tetap tegar akan segala hal kondisi lingkungan dan keadaan kehidupan ini, baik dalam kesendirian ataupun dalam kebersamaan keluarga. Inilah, sisi sudut pandang agama sebagai tolak ukur tempat kembalinya kita dalam hidup ini.

Dari sudut pandang ekonomi, maka lihatlah seberapa banyak peluang yang ada disekitar kita, pada orang-orang disekitar kita. Dan, benda yang nilainya kecil tapi bisa kita jadikan nilai uang untuk kebutuhan kita pada sewaktu kita perlukan sebagai masukan tambahan.

Dalam meraih pencapaian keberhasilan hidup sukses kedepannya, minimal barang kali kita punya impian usaha sendiri, investasi, beli rumah, dan lain-lain. Karenanya, jalannya adalah kita harus ada satu pekerjaan tetap, maka tabunglah uang selain dari pada kebutuhan pokok kita dan keluarga.

Dengan cara menabung tahunan, di perusahaan atau bank yang ada profit sehingga pada sewaktu-waktu bisa kita gunakan untuk membangun sebuah usaha atau membeli sesuatu.

Semua hal bisa kita dapatkan ketika semua itu kita lakukan dengan keyakinan bekerja, do'a, dan kasih sayang dari keluarga dan orang yang kita sayangi sebagai spirit perjalanannya hidup ini.
 Penulis:
Yuswadi bin H. Achaled Mansur 

Posting Komentar

0 Komentar