Like on Facebook

header ads

MoU Helsinki, Pertarungan Sesama Orang Aceh

PENA News | Aceh yang telah larut dalam "genggaman" irama percaturan politik Jakarta. Dimana membaranya kondisi yang terjadi di Aceh saat ini, ditandai dengan banyaknya tindak kekerasan. Hal ini, tidak lain adalah sebuah “rancangan” dari Jakarta, tapi orang Aceh tidak menyadarinya, malah sibuk bertarung dalam memperebutkan kekuasaan.

Kesibukan orang Aceh yang bertarung sesama orang Aceh, dan telah lupa yang mana kawan atau lawan mereka. Seharusnya “pertarungan” yang sebenarnya adalah melawan Jakarta. Saat ini banyak orang Aceh yang tidak setuju dengan MoU Helsinki, yang merasakan itu sebagai bentuk kekalahan Aceh dari Jakarta.

Tapi di Jakarta sendiri jauh lebih banyak lagi yang tidak menyetujui dengan Penandatangan MoU Helsinki, banyak kelompok ultra nasionalis disana yang merasa bahwa perjanjian tersebut adalah bentuk pengkhianatan penyelenggaran Negara di NKRI. Beberapa kelompok berpengaruh di Jakarta yang sangat tidak sepakat dan merasa terhina dengan ditandatanganinya MoU Helsinki ini, melakukan segala daya dan upaya agar Perjanjian batal.

Bagaimana caranya? Yang termudah, tentu saja dengan memancing supaya Aceh sendiri melanggarnya, sehingga mereka punya alasan untuk melanggarnya pula. Pancingan inilah yang sangat inten dilakukan oleh mereka pada belakangan ini, terutama menjelang Pemilu yang tidak lama lagi.

Emosi dan kesabaran orang Aceh sekarang benar-benar sedang mereka uji. Pancingan ini mereka lakukan dari segala lini, baik langsung di dunia nyata untuk mengaduk emosi masyarakat umum maupun di dunia maya untuk memancing emosi masyarakat intelektual.

Mereka juga tahu persis di dunia maya begitu banyak komunitas intelektual, aktivis, pegiat LSM dan politikus Aceh "berkumpul". Lalu komunitas itulah yang mereka yang menjadi target sasaran. Salah satu umpan yang digunakan oleh Jakarta adalah isu Suku Gayo. Fenomena “minorites within minorities” dalam kaitan Aceh dan Gayo pada belakangan ini.

Hal ini, benar-benar dieksplioitasi oleh Jakarta untuk kepentingan mereka. Beberapa waktu yang lalu di dunia maya ada seorang dari Suku Gayo yang lahir dan besar di Jawa, yang menggunakan ke-Gayo-annya untuk memancing rasa sentimen kaum intelektual Aceh terhadap Suku Gayo. Dia melakukan itu, seolah-olah seperti sedang memaparkan pemikirannya. Dan, dia seolah sedang berusaha membuat opini baru.

Padahal, begitu terlihat sekali yang sedang dilakoninya, tidak lain hanyalah untuk memancing emosi para penghuni dunia maya yang berisi segala macam kaum intelektual Aceh dan berbagai kalangan yang dia tahu persis kapasitasnya di dunia nyata. Sasaran jelas supaya komunitas dunia maya ini membencinya, sedangkan dia gambarkan sebagai representasi dari Suku Gayo sehingga komunitas inipun akan membenci Suku Gayo secara keseluruhan.
Saleum
Bio Arabasta

Posting Komentar

0 Komentar