SIARAN PERS
FAM Surabaya Gelar Pentas 7 Puisi dan
Diskusi Sastra Bersama Penyair D. Zawawi Imron
PENA NEWS | SURABAYA – Forum Aktif Menulis (FAM)
Indonesia Cabang Surabaya menggelar Pentas 7 Puisi dan Diskusi Sastra bersama
D. Zawawi Imron, sebagai bentuk apresiasi kepada penyair Indonesia yang telah
memasuki usia 70 tahun itu. Kegiatan ini akan berlangsung Sabtu, 16 November
2013 mendatang di Auditorium Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga,
Surabaya.
Pengurus Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia Cabang Surabaya |
Ketua Harian FAM Cabang Surabaya Yudha
Prima menyebutkan, selain memberikan apresiasi, kegiatan ini bertujuan untuk
membangun semangat berkarya di kalangan generasi muda khususnya pelajar dan
mahasiswa lewat pengenalan tokoh penyair D. Zawawi Imron.
“Kami harapkan dengan adanya event ini
akan muncul sosok-sosok muda pencinta sastra khususnya puisi yang memiliki
semangat berkarya dan berjuang untuk majunya dunia literasi,” kata Yudha Prima,
Sabtu (19/10).
Selain mengundang
Penyair D. Zawawi Imron, dalam diskusi sastra tersebut juga akan hadir
sastrawan M. Shoim Anwar. Diskusi dipandu Vika Wisnu, pengasuh acara Penulis
Bicara di salah satu radio terkemuka di Surabaya.
“Pada sesi
pembacaan puisi, 7 puisi karya D. Zawawi Imron akan dibacakan oleh 7 bintang
muda yang dipilih FAM Indonesia,” kata Yudha Prima.
Sementara itu,
dalam sesi diskusi interaktif akan lebih banyak menyorot kiprah dan perjalanan
hidup Penyair D. Zawawi Imron di dunia penulisan khususnya puisi dan
dikomparasikan dengan kondisi kekinian.
“Acara ini nanti
akan diikuti oleh kalangan pecinta literasi, khususnya generasi muda pelajar
dan mahasiswa,” tambah Yudha Prima.
Bagi pelajar,
mahasiswa dan pecinta literasi lainnya yang berdomisili di seputaran Kota
Surabaya dan sekitarnya yang ingin mengikuti kegiatan ini dapat menghubungi
nomor kontak panitia: 0857 3222 1923.
PENGGERAK LITERA |
Penyair D. Zawawi
Imron adalah sastrawan Indonesia yang lahir di Desa Batang-batang, Kabupaten
Sumenep. Sejak tamat Sekolah Rakyat, beliau melanjutkan pendidikannya di Pesantren
Lambicabbi, Gapura, Semenep. Kumpulan sajaknya Bulan Tertusuk Ilallang mengilhami
Sutradara Garin Nugroho untuk membuat film layar perak Bulan Tertusuk
Ilallang. Kumpulan sajaknya Nenek Moyangku Airmata terpilih
sebagai buku puisi terbaik dengan mendapat hadiah Yayasan Buku Utama pada 1985.
Pada tahun 2012
beliau menerima penghargaan The S.E.A Write Award di Bangkok Thailand. Selain
itu pada tahun 2012, di bulan Juli, beliau juga meluncurkan buku puisinya yang
berjudul Mata Badik Mata Puisi di Makassar.
Karya-karyanya
yang lain: Semerbak Mayang (1977), Madura Akulah
Lautmu(1978), Celurit Emas (1980), Bulan Tertusuk
Ilalang, Nenek Moyangku Airmata(1985), Bantalku Ombak
Selimutku Angin (1996), Lautmu Tak Habis Gelombang(1996), Madura
Akulah Darahmu (1999), Lautmu Tak Habis Gelombang (2000),Sate
Rohani dari Madura: Kisah-kisah Religius Orang Jelata (2001), Soto
Sufi dari Madura: Perspektif Spiritualitas Masyarakat Desa (2002), Jalan
Hati Jalan Samudra (2010), dan Mata Badik Mata Puisi (2012). (REL)
0 Komentar