Like on Facebook

header ads

Menjelang Detik-Detik 4 Desember, Kondisi Aceh Bagaikan Nonton Film Horor



Assalammualaikum Wr. Wb

Bersama ini PENA ingin mengucapkan selamat memperingati hari bersejarah perjuangan kepada Bangsa Aceh dimana saja anda berada. Sebenarnya hari bersejarah ini bukan saja 4 Desember. Tapi banyak lagi hari-hari bersejarah Aceh yang harus kita peringati.

Memperingati hari bersejarah tidaklah ada salahnya, sama juga ketika ketika memperingati hari bersejarah Indonesia. Jadi tidak sepatutnya kita merasa segan dan takut serta sungkan untuk memperingati hari bersejarah.

Apalagi hari bersejarah yang satu ini, salah satu hari bersejarah yang telah banyak menelan korban nyawa, harta, perasaan dan telah mengalirkan banyak darah dan air mata. Tidak sepatutnya Pemerintah Aceh dan DPRA tidak bisa membuat 4 Desember ini sebagai Hari Nasional Aceh (HNA).

Kalau ada kesalah fahaman maka marilah kita kembali duduk dan bicara secara baik. Tak usah saling mengeluarkan statmen yang bisa membuat keadaan semakin keruh dan berbentuk provokator. 

Dengan tidak adanya dukungan dari Pemerintah Aceh dan DPRA, maka peringatan Hari Bersejarah seperti 4 Desember ini, terkesan kondisi di Aceh dalam keadaan, seperti orang nonton Film Horor. ”Suka Tak Suka” jadinya. Yang kuat nyalinya akan tetap melotot matanya, sedang yang lemah akan sembunyi-sembunyi melihat dari balik selimut, atau cari alasan agar tidak diajak nonton bareng.

Padahal, kalau Pemerintah Aceh dan DPRA yang turun tangan, maka tidak akan ada istilah ”Film Horor” ini. Pemerintah Aceh dan DPRA sepertinya membiarkan saja keadaan ini dan kebanyakan dari mereka cari posisi selamat.

Hari ini tanggal 03-12-12 Kapolda Aceh telah mengeluarkan ancaman kepada siapa saja yang mengibarkan Bendera Bulan Bintang akan ditindak dengan tegas.

Wajar sajalah Kapolda Aceh mengeluarkan pernyataan seperti itu, karena setelah penandatangan perdamaian antara GAM dan RI sama sekali tidak ada kejelasan yang resmi tentang bendera ini. Tidak ada penerangan resmi kepada rakyat dan kepada pihak-pihak lain yang berkaitan dengan Aceh hubungannya dengan GAM. Apa sudah bubar atau belum.

Waktu itu ”Gabuek djak peuteupat atra jang hana penting” (Sibuk ngurusin yang ngak penting). ”Gabuek peutimang mông” (Sibuk dengan kebanggaan), sehingga lupa apa yang harus didahulukan. Sekarang mau dibetulkan pun udah susah sedikit. Walaupun begitu bukan berarti tertutup kemungkinan untuk membetulkannya

Padahal kalau waktu itu semuanya dijeláskan secara berjamaah, maka tidak akan ada kata larangan dari mana-mana pihak. Jangan salahkan Kapolda Aceh, kalau berkata begitu, kalau kita sendiri tak becus ngurusin urusan dapur kita sendiri. 

Hal seperti inilah yang selalu luput dari mata Pemerintah Aceh, akhirnya kebiasaan lama terus berulang ulang, ngurusin yang gak penting penting. Alhasil rakyat juga yang jadi tumbal kesilapan itu.

Sebenarnya kalau mau jujur, Pemerintah Aceh dan DPRA terlalu larut dengan urusan Qanun-Qanun yang kurang penting dan kurang pro rakyat. Banyak lagi Qanun-Qanun yang pro rakyat yang harus didahulukan, sehingga tidak ada kekacauan dan ketidakpuasan dari berbagai pihak.

PENA berharap, ke depan agar Pemerintah Aceh dan DPRA lebih memprioritaskan urusan yang pro rakyat dari pada ngurusin urusan yang bersifat lebih kepada kelompok tertentu dan pribadi. Kalau benar Aceh itu milik bersama cobalah buktikan kepada dunia, kalian bisa bekerja mensejahterakan Rakyat Aceh yang telah memilih kalian sebagai wakil mereka.

Kalau tidak mampu, maka kami harap lebih baik angkat saja ”Bendera Putih”, berikan kepada orang lain yang lebih mampu dari kita. Kami yakin masih banyak anak-anak Aceh yang berkaliber dan lebih lincah dari kita yang bisa membawa Aceh ke arah yang berwibawa dan sejahtera.

Akhirnya kami dari PENA mengucapkan sekali lagi selamat memperingati hari bersejarah kepada seluruh Bangsa Aceh dimana saja anda berada. Marilah kita jaga Perdamaian Aceh ini bersama jangan ada lagi kesedihan. Jangan ada lagi tangisan dan jangan ada lagi hilang nyawa, serta juga mengalir darah karena kebodohan kita yang tidak bisa menjaga perdamaian yang telah dihadiahkan oleh Allah SWT kepada Rakyat Aceh. 

Saleum Damai dan Mulia serta Bermatabat
A.n, 
PENA

Posting Komentar

0 Komentar