PENA News | Delapan tahun pascagempa dan tsunami melanda Aceh, kisah-kisah korban masih terus menarik untuk disimak. Sehingga untuk mengetahui lebih jauh kisah-kisah menarik itu, Shahidin (70), seorang pria asal Malaysia, rela berkunjung dan berkeliling ke sejumlah lokasi yang terkena gempa dan tsunami di Aceh hanya dengan menggunakan sepeda.
Memang berkeliling di sejumlah tempat dengan bersepeda sudah dilakoni Shahidin sejak 4 tahun lalu. Setelah pensiun dari profesi "cek gu" (guru) dari sebuah sekolah menengah pertama milik pemerintahan di Malaysia, Shahidin mulai melakoni hobi bersepedanya. Bersama rekan-rekanya dia pun mendirikan klub sepeda bernama KEBAL (Klub Bicycle Alternatif). Melalui klub inilah dia melancarkan sejumlah aksi sosial di setiap lokasi yang dikunjunginya.
"Sudah lama saya ingin melihat seperti apa sebenarnya gelombang tsunami itu menerpa Aceh, bagaimana kisah korban yang selamat dan bagaimana pula kini perkembangan mereka, ini akan menjadi satu pelajaran berharga bagi saya," jelasnya, Jumat (21/12/2012) sehari setelah tiba di Banda Aceh.
Menurut Shahidin, pemberitaan di berbagai media massa terkait gempa dan tsunami Aceh, belum menjadikan Shahidin puas. "Agar saya bisa melihat langsung, makanya saya datang ke Aceh, sebelumnya saya juga sudah berkunjung ke Bukit Tinggi akhir tahun 2009 lalu, itu pascamusibah gempa melanda Padang," ungkapnya.
Ingin menjejakkan kaki di setiap titik yang pernah dihantam gempa dan tsunami di Aceh, Shahidin tidak sendiri. Ia pun didampingi oleh seorang rekannya bernama Alaudin bin Abdullah (55). Dijadwalkan duo asal Malaysia ini akan menjelalahi kawasan pantai barat Aceh, khususnya Kota Calang.
"Saya ingin sekali berinteraksi dengan masyarakat korban bencana di Aceh, tidak bisa membantu materil, kami berharap bisa memberi pandangan-pandangan dan semangat kepada warga Aceh, apalagi ini sudah 8 tahun musibah lewat, kenanagan buruk pasti tak bisa hilang. Tapi kita harus yakin bahwa hidup di depan masih panjang dan akan lebih baik," ujar Shahidin.
Dalam melakukan petualangannya, Shahidin hanya membekali diri dengan sebuah tas ransel yang berisi beberapa lembar pakaian serta satu kantong berisi perlengkapan piring dan gelas, serta kotak obat-obatan. Shahidin pun menjadwalkan dirinya untuk hadir pada saat puncak perenungan 8 tahun pascagempa dan tsunami Aceh, yang direncanakan dipusatkan di kawasan pelabuhan Malahayati, Kabupaten Aceh Besar.
SUMBER: KOMPASdotCOM
0 Komentar