PENA NEWS 12-09-2014 Kami para kombatan aneuk bawang/prajurit GAM
menulis surat untuk para petinggi GAM yang kini sudah duduk dikursi empuk.
Harapan kami, Media PENA, sudi kiranya memuat luahan hati ini yang memang berasal
dari suara hati kami.
Wahai pemimpin kami, 9 tahun perjanjian damai (MoU Helsinki) sudah berlalu, namun reintegrasi eks kombatan belum berjalan maksimal, seakan perjanjian MoU Helsinki antara RI dan GAM tidak berarti bagi mantan prajurit GAM, oleh karenanya perlu pembenahan atau perhatian khusus dari Pemerintah Aceh kepada mantan prajurit GAM.
Wahai pemimpin kami, 9 tahun perjanjian damai (MoU Helsinki) sudah berlalu, namun reintegrasi eks kombatan belum berjalan maksimal, seakan perjanjian MoU Helsinki antara RI dan GAM tidak berarti bagi mantan prajurit GAM, oleh karenanya perlu pembenahan atau perhatian khusus dari Pemerintah Aceh kepada mantan prajurit GAM.
Imran dan J.M Habib akhir bulan 7-2014 lalu |
Maka
hari ini dengan semangat juang dan sumpah setia pada perjuangan suci, untuk
mengulang sejarah atau menunjukkan pada pemerintah RI bahwa kami rakyat Aceh
menginginkan keadilan yang sesuai dengan pengorbanan nenek moyang kami pada
NKRI. Walaupun dasar perjuangan kami untuk memisahkan diri dari NKRI, tetapi
demi menghindari jatuhnya korban di pihak sipil terus menerus yang tidak
berdosa maka pemimpin kami mengambil sikap berhenti berjuang dengan senjata dan
memilih memperjuangkan hak-hak rakyat lewat jalur diplomasi dan politik.
Dengan berakhirnya perang senjata lewat
perundingan damai/ MoU Helsinki, kita harus menjaga dan merawat, mengawal isi
perjanjian tersebut. Maka dengan adanya perjanjian dan kami lihat keseriusan
Pemerintah Pusat dalam memberi rasa keadilan pada kami rakyat Aceh, maka
keinginan untuk merdeka sudah kami lupakan. Namun, jika suatu saat Pemerintah
Pusat mengkhianati perjanjian ini maka kami akan kembali mengulang sejarah
lama. Menyangkut dengan nasip prajurit GAM hari ini masih jauh dari harapan
kita bersama, baik dari segi ekonomi atau pembinaan ketrampilan dan keahlian untuk
bisa berintegrasi dan menjadi modal untuk hidup seperti layaknya masyarakat
biasa.
Harapan kami, sudi kiranya Pemerintah Aceh
hari ini yang sudah dipilih oleh rakyat Aceh dengan segala kekuasaan dan
wewenang kiranya dapat memberi kehidupan baru bagi mantan pejuang Aceh.
Seandainya ada perhatian dan bimbingan khusus bagi prajurit GAM, maka anggalah
itu sebagai rasa terimakasih pada mereka. Mereka sudah berjuang bertahun-tahun
membela hak dan martabat rakyat Aceh, hingga Pemerintah Pusat menanggapi serius
dan perhatian khusus untuk Wilayah Aceh, 70% kewenangan dan bagi hasil sudah di
kembalikan pada Aceh, kiranya itulah hasil perjuanggan kita rakyat Aceh, dengan
letusan senjata dari pegunungan Aceh yg dihayunkan oleh pemuda-pemuda Aceh yang
ingin menuntut keadilan, hingga dapat kita nikmati hari ini dari buah hasil
perjuangan mereka, pengorbanan mereka, bayangkanlah saudaraku.
Ketika Aceh sudah damai umurpun sudah
bertambah, dulu saya berumur 18 tahun kini sudah 33 thn, apa yang harus mereka
lakukan, kemana mereka harus melangkah? Bagi yang punya pengalaman dasar bisa
saja mereka kembali sesuai dengan profesi mereka masing-masing. Yang dulunya
perampok, kembali lagi merampok, yang pemabuk kembali mabuk-mabukan, yang agen
ganja kembali jualan ganja lagi, yang pencuri balik mencuri lagi. Itukah yang
namanya tanggungjawab reintegrasi? Bagi kami prajurit tidak menuntut hak harus
sama seperti teungku-teungku yang di atas yang sudah di ruangan ber-AC, kursi
empuk, dan naik mobil mewah, karena kamipun sadar kita hidup tetap harus ada
aturan. Blang meu-ateung urueng meu-peutua.
Tapi kami menginginkan sedikit perhatian,
secuil makanan, tidak perlu hidup kaya asal bisa bertahan, karena kami tahu
perjuangan belum selesai sampai di sini. Namun setidaknya dalam masa damai ini
kami butuh sesuatu yang bisa menghilangkan ide-ide yang ekstrim,
pemikiran-pemikiran yang memberontak, yang berujung pada merusak perdamaian.
Pesan kami, janganlah terjebak pada mulut manis yang suka memuji perjuangan
GAM, boleh jadi itu adalah racun yang hendak menjerumuskan kita. Dan itu berada
dalam lingkaran kekuasaan.
Tapi kita beri apresiasi pada orang-orang yang
sering mengkritik perjuangan GAM. Mereka yang mengkritik berbagai kelemahan
akibat kealpaan kita sekarang ini. Kami yakin kritikan ini adalah sebuah
perhatian. Harapan pada DPRA dari Partai Aceh, nanti tolong mengakomodir
program-program yang mengarah pada pembinaan mantan kombatan... Demikian, saya
menulis surat ini mewakili teman-teman eks kombatan aneuk bawang.
Wassalam
Imran Nisam Eks Kombatan wilayah Pase yang selamat dalam pengepungan
Paya Cot trieng secara besar besaran tahun 2001.
0 Komentar