PENA News | Menilai ATJEH tidaklah cukup hanya melihat sisi luarnya saja. ATJEH penuh dengan KARAKTER yang berbeda-beda. Budaya yang berbeda yang sangat dipengaruhi oleh kondisi daerah setempat. Berbeda daerah, maka berbeda pula KARAKTER-nya. ATJEH tergolong unik bila ditinjau dari berbagai KARAKTER-nya. Karena menilai orang ATJEH itu, berarti harus meninjau pula asal-usulnya terlebih dahulu.
Setiap orang ATJEH tidak boleh dinilai sama dalam berbicara, bersikap dan bertingkah laku. Karena, hal ini sudah berlaku sekian lamanya, dan juga karena ATJEH juga dikenal dengan berbagai adat-istiadat yang berbeda-beda.
Hal itu dapat dibuktikan sendiri apabila anda melangsungkan pernikahan dengan orang yang berasal dari daerah yang berbeda. Hal ini akan nampak begitu jelasnya, ketika ada acara-acara adat istiadat dari yang berasal dari kedua belah pihak. Namun, hal itu tidak menjadi persoaalan ketika kedua belah pihak juga tidak mempersoalkanya.
KARAKTER orang ATJEH akan nampak sangat jelas dalam segala hal. Hal ini bisa anda perhatikan sendiri ketika anda bertemu dengan orang ATJEH, dan yang berasal dari daerah yang berbeda. Apakah dari bahasanya, logatnya, kebiasaan dan cara bersikapnya. Bagi sesama orang ATJEH, hal ini mungkin ini tidaklah menjadi persoalan yang begitu sulit.
ATJEH juga sangat identik dengan Islam. Berbicara tentang orang ATJEH sama seperti berbicara tentang Islam. Hal itu dikarenakan, masyarakat ATJEH asli menganut agama Islam secara keseluruhan. Sehingga, adalah hal yang tabu, apabila ada orang ATJEH dikatakan ORANG KAFIR apabila ada melakukan sesuatu yang melanggar syari’at Islam. Orang ATJEH juga bisa menjadi sangat marah, apabila dikatakan sebagai ORANG KAFIR walaupun tidak melaksanakan SHALAT, PUASA, dan lain sebagainya.
Cara berkehidupan orang ATJEH, adalah sebagaimana yang diperintahkan dalam HUKUM SYARI’AT ISLAM. Apakah dalam adabnya, sopan santunnya, perilakunya, atau pun dalam ADAT-ISTIADAT yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Yang sangat menarik dalam kajian KARAKTER orang ATJEH adalah dalam perihal berbuat baiknya, dan juga dalam menyambut setiap tamu yang datang.
Apabila anda datang ke ATJEH dengan bermaksud baik, maka anda akan mendapat penerimaan yang baik, bahkan lebih baik dari kebaikan yang pernah anda berikan. Orang ATJEH tidak pernah berburuk sangka terhadap siapa pun yang datang ke ATJEH. Seperti yang diungkapkan dalam pepatah : “Meunyoe get jih, kulet ku sek, asoe ku jok keu jih” (artinya : kalau dia baik, saya kupas kulitnya, kuberikan isinya untuk dia).
Hal ini bukannya tidak beralasan, karena orang ATJEH sangatlah kental dalam mengikuti ajaran Islam, dan sangat yakin bahwa, setiap kebaikan yang diberikan akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Orang ATJEH sangat memuliakan tamunya, karena memang begitulah yang dianjurkan dalam Islam.
Anda akan dapat membuktikan sendiri ketika anda bertemu dengan orang ATJEH nanti, dimanapun anda berada, apakah di ATJEH, atau pun di luar ATJEH. Bagi orang ATJEH, perilakunya yang berdasarkan agama Islam telah mendarah daging dalam sanubarinya.
Hal ini karena telah tertanam begitu mendalamnya semenjak Islam masuk pertama kali ke ATJEH. Perilaku orang ATJEH yang bersyari’at Islam ini telah menjadi kebiasaan yang berulang-ulang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadilah suatu kebiasaan.
Kebiasaan orang ATJEH dalam berperilaku tidak pernah terlepas dari ajaran-ajaran Islam. Sehingga menjadi adat-istiadat yang bertahan lama hingga sekarang. Adat istiadat dan agama, bagi orang ATJEH, adalah dua hal yang tak terpisahkan. Seperti kata pepatah: “Adat deungon hukom, lagee umpama zat ngen sifeut” (adat istiadat dengan hukum Islam, seperti zat dengan sifat).
ATJEH, dalam hal ini juga penuh dengan FENOMENA. Baik itu dari ORANG-nya, KARAKTER-nya, DAERAH-nya, maupun KEADAAN-nya.
Apabila kita ingin melihat FENOMENA orang ATJEH dari ORANG-nya, maka anda boleh melihat kepada rupa dari wajah dan kulitnya. Rupa orang ATJEH sangatlah berbeda-beda, hal ini dilatarbelakangi dengan sejarah yang amat panjang di masa lalu. ATJEH merupakan sebuah Bandar yang sangat strategis dalam posisi secara geografisnya.
Ini sangat menguntungkan dalam perdagangan bagi para pedagang yang ingin singgah di Bandar ATJEH. Banyaknya para pedagang yang berasal dari berbagai belahan dunia telah berbaur dengan masyarakat ATJEH, dan terjadilah perkawinan-perkawinan dengan masyarakat setempat. Sebagian pedagang yang datang ada yang kemudian menetap di ATJEH, dan sebagiannya lagi ada yg tidak menetap dan kembali ke negaranya. Rupa orang-orang ATJEH, banyak sekali yang mirip dengan orang-orang ‘Arab, china, Eropa maupun orang India.
Dalam KARAKTER, orang ATJEH mempunyai KARAKTER yang sangat unik sekali, sebagaimana yang telah saya sampaikan di atas. Ini merupakan sebuah FENOMENA menurut pemikiran saya.
Hal ini dapat dibuktikan sendiri apabila anda menjalin hubungan komunikasi dan berinteraksi langsung dengan orang ATJEH. Orang ATJEH sangat mudah dalam berbuat kebaikan, dalam membalas kebaikan, dan juga sangat mudah sekali menjalin persaudaraan yang sebelumnya hanya sebatas teman.
Orang ATJEH juga sangat juga sangat mudah marah, apabila hak-haknya dan harga dirinya diinjak-injak. Apalagi kalau sudah menyinggung persoalan aqidah, maka tidak segan-segan orang ATJEH akan mempertahankannya dan memperjuangkannya habis-habisan, walaupun harta, keluarga, dan nyawa menjadi taruhannya.
Namun, yang paling unik dari orang ATJEH dan menjadi FENOMENA menurut saya adalah, orang ATJEH sangat mudah berbaikan kembali apabila sudah pernah marah dengan sesamanya maupun dengan orang lain yang berasal dari luar ATJEH. Mudah sekali mema’afkan kesalahan yang telah lalu dan melupakan kesalahan yang pernah terjadi.
Apabila meninjau DAERAH-nya, ini juga mengandung FENOMENA yang sangat luar biasa. Ada KARAKTER yang sangat berbeda sekali bila ditinjau dari mana dia berasal. ATJEH yang terdiri dari banyak kabupaten dan kota mempunyai KARAKTER yang sangat khas sekali. Sehingga, bila anda hafal semua KARAKTERISTIK dari setiap daerah, maka anda akan tahu dari mana dia berasal.
Asal usul daerah, sangatlah mencerminkan orang ATJEH. Sifat orang ATJEH betul-betul sangat berbeda apabila anda meninjaunya berdasarkan dari daerah mana ia berasal. Sifat yang berbeda-beda ini tidaklah boleh dibanding-bandingkan antara satu daerah dengan daerah lainnya, karena sifat-sifat tersebut mempunyai kelebihannya masing-masing.
Karena, apabila sifat-sifat tersebut dibandingkan, akan menimbulkan permusuhan yang tidak ada ujung dan pangkalnya. Satu daerah akan merasa lebih baik dari daerah lainnya. Ataupun akan menimbulkan persepsi bahwa, orang dari daerah yang satu, akan dirasa lebih buruk dari orang daerah lainnya. Keunikan ini, menjadi sebuah FENOMENA yang harus terpelihara untuk menjalin keharmonisan selama-lamanya di tanah warisan ‘indatu.
Bila ditinjau dari KEADAAN-nya, ATJEH tak pernah luput dari perang yang berkepanjangan. ATJEH kaya dengan agama, bahasa, budaya, kekayaan alam yang berlimpah, baik itu tambang, atau pun minyak dan gas alam. ATJEH juga kaya dengan rempah-rempahnya dan GANJA yang tumbuh subur di alam pegunungan ATJEH.
Kekayaan alam ATJEH ini, telah menjadikan ATJEH menjadi daerah rebutan bagi bangsa-bangsa lain. Banyak bangsa yang ingin memiliki ATJEH menjadi bagian miliknya. Namun, itu bukanlah hal yang mudah apabila dilakukan dengan cara merampasnya. ATJEH tidak segan-segan mempertahankan daerahnya dari serangan para penjajah-penjajah yang datang.
Sejarah telah mencatat secara gemilang, bahwa ATJEH bukanlah daerah yang mudah untuk ditaklukkan untuk menguasainya. Belanda dibuat kucar-kacir dengan perjuangan orang ATJEH. Indonesia dibuat berang dan kewalahan dengan pemberontakan yang dilakukan oleh orang ATJEH.
Membela harta, harkat dan martabat bagi orang ATJEH adalah HARGA MATI. Seperti yang dikatakan oleh pepatah ATJEH : “Udep Saree, Matee Syahid” (artinya, hidup dengan keadilan, mati dengan syahid). Karena begitu kuatnya dan beraninya orang ATJEH mempertahankan daerahnya, Belanda pernah memberi gelar untuk ATJEH : “ATJEH Moorden” yang diartikan oleh orang Indonesia sebagai : “ATJEH GILA”, atau dalam bahasa ATJEH “ATJEH Pungoe (A P)”.
Sebenarnya, “GILA” yang dimaksudkan disini bukanlah sakit jiwa atau pun tidak waras, melainkan karena orang ATJEH begitu tinggi semangat juangnya dalam membela harga diri dan marwahnya. Bahkan rela nyawa melayang untuk menjemput gelar syuhada. Dan GILA yang dimaksudkan disini, juga menggambarkan orang ATJEH yang berani melakukan perjuangan sendiri-sendiri dalam melawan kelompok yang besar jumlahnya.
Dan Mengenai perang yang tidak pernah berakhir ini, juga digambarkan oleh pepatah: “AWAK ATJEH SABEE LAM PRANG, DI AWAK PADANG THAT KUAT PEUGAH HABA, DI AWAK BATAK TEUGA THAT DI MEU ATO, YANG DUEK BAK KANTO DUM BIJEH-BIJEH JAWA” (artinya, orang ATJEH selalu larut dalam perangnya, bagi orang padang identik dengan selalu banyak bicaranya, bagi orang batak merupakan orang paling suka mengatur-ngatur orang lain, dan kebanyakan yang duduk di perkantoran adalah orang-orang dari keturunan Jawa).
Maka, tidaklah salah, apabila ada orang-orang ATJEH yang melakukan penyimpangan, atau berseberangan dengan KARAKTER orang ATJEH yang sebenarnya, akan dikatakan seperti orang PADANG, orang BATAK, dan yang LEBIH HINA lagi bila disamakan dengan orang JAWA.
ATJEH sangatlah identik dengan Islam. Berbicara tentang ATJEH sama dengan berbicara tentang Islam. Keislaman orang ATJEH tidak perlu diragukan lagi. Karena jati diri orang ATJEH adalah keislamannya. Sehingga timbul ungkapan: “BANGAI-BANGAI DI UREUNG ATJEH, NYOE KATROH U JAWA, JEUT GEUYU DONG KEU TEUNGKU IMUM SEUMAYANG” (artinya: Sebodoh-bodoh orang ATJEH dalam bidang agama, tapi kalau berada di pulau Jawa, boleh dijadikan imam shalat).
Dan begitu pula lah sebaliknya, apabila orang ATJEH sudah jauh dari keislamannya, maka orang ATJEH akan kehilangan “JATI DIRI”nya. Jati diri orang ATJEH adalah keislamannya yang ditunjukkan dalam kesehariaannya. Apabila keislamannya telah pudar, maka hilanglah jati diri orang ATJEH yang sebenarnya. Maka tidaklah begitu heran, apabila sekarang, ATJEH telah diambang kehancuran peradabannya.
ATJEH hari ini seperti hanya tinggal namanya saja. Keislaman hanya menjadi lambang di KTP. Cara berkehidupan dan juga moralnya betul-betul telah merosot ke titik yang paling rendah. Sehingga, ketika melihat orang ATJEH hari ini, persis sama dengan melihat perilaku dari bangsa-bangsa JAHILIYAH yang pernah ada dalam sejarah pada masa sebelum kedatangan Rasulullah SAW.
Kalau anda melihat perilaku orang ATJEH saat ini, akan terlihat sangat jelas bahwa jati dirinya betul-betul telah hilang. Ini dapat anda saksikan sendiri, baik pada orang ATJEH yang berada di ATJEH, maupun yang berada di luar ATJEH, atau bahkan bahkan di luar negeri sekali pun. BUDAYA ORANG KAFIR, telah menghiasi kebanyakan orang-orang ATJEH, baik itu anak-anak, para pemuda, pemudi, perempuan dan laki-laki, tua dan muda.
Anda juga bisa melihat dengan mata kepala sendiri, kalau sudah jarang orang-orang ATJEH yang melaksanakan SHALAT, PUASA, MEMBAYAR ZAKAT, MENUTUP ‘AURAT, dan MENGAJI selepas menunaikan shalat lima waktu. Dari cara berpakaian mungkin adalah hal yang paling mudah bagi anda untuk melihat kemerosotan kesadaran berkehidupan secara Islam bagi orang ATJEH.
Banyak sudah lelaki disaat ini yang mengenakan CELANA PENDEK DAN BERBAJU CUKUP PENDEK, MENGENAKAN ANTING-ANTING dan MENGECAT RAMBUTNYA. Demikian juga bagi wanita, anda bisa melihat dengan mata kepala sendiri, banyaknya perempuan-perempuan ATJEH yang tidak lagi mengenakan kerudung atau jilbab, yang memakai pakaian ketat sehingga membentuk ‘auratnya, bahkan ada juga yang memakai celana pendek di tempat-tempat umum sekali pun. Dan ini menjadi fenomena baru yang luar biasa di ATJEH saat ini.
Mengenai proporsional, saya hanya ingin menjelaskan tentang peranan orang ATJEH dalam setiap bidangnya. Setiap daerah, sebagaimana telah kita ketahui bersama di atas, orang ATJEH mempunyai kebiasaan yang mewakili daerah masing-masing dan mempunyai KARAKTER yang sangat mencolok.
Saya hanya akan menyampaikan satu contoh saja. Siapa yang tidak kenal dengan daerah Pidie. Daerah Pidie terkenal dengan kebiasaan masyarakatnya yang mayoritas berkehidupan sebagai pedagang. Ruang gerak orang Pidie yang tersebar diseluruh pelosok daerah dan Negara, telah menempatkan orang Pidie sebagai orang yang sangat indentik dengan orang China.
Dan inilah yang menjadikan orang Pidie sebagai orang yang sangat ulung dibidang perdagangan. Ini hanyalah salah satu profile dari sekian banyak daerah-daerah di ATJEH. Di bidang yang lain, apakah dalam bidang agama, politik, pertanian, kebangsawanan dan budaya, selalu diwakili oleh daerah-daerah lainnya.
Yang jelas, setiap daerah memiliki kelebihannya masing-masing. Seperti kelebihan Pidie dalam bidang perdagangan, kelebihan Tarian Saman yg mengharumkan nama ATJEH di pentas dunia yang berasal dari ATJEH Tenggara, Gayo dengan kopinya, Barat Selatan dengan Nilamnya, dan lain sebagainya, yang tidak lah mungkin saya sebutkan satu persatu.
Yang menjadi permasalahan proporsional disini adalah menyangkut kelebihan-kelebihan tersebut dimana akan digunakan nantinya. Dan kapan orang dari daerah-daerah ATJEH tersebut bisa menggunakan kelebihan yang dimiliki, untuk memegang peranannya dalam bidang-bidang tersebut.
Kita tahu kapan harus mengedepankan orang ATJEH Tenggara, yaitu ketika berhadapan dengan kelebihan tarian SAMAN-nya, kapan kita mengedepankan orang Pidie, yaitu ketika berhadapan dengan masalah Perdagangan. Dan itu hanyalah sebagai sekerumit contoh saja. Yang penting adalah kita harus betul-betul proporsional menempatkan orang-orangnya dalam segala bidang yang mewaklinya.
Kajian saya dalam hal proporsional ini, sebenarnya lebih menfokuskan kepada PERANG ATJEH dan MASALAH KEPEMIMPINAN dalam bidang-bidang tertentu. Kita tidak perlu jauh-jauh sekali membicarakan persoalan perang ATJEH. Kita cukup melihat perang ATJEH yang terjadi pada masa setelah kemerdekaan Indonesia.
Sejarah telah mencatat, kita semua tahu itu siapa Alm. DAUD BEUREUEH, apa yang dia perjuangkan, apa “HASIL PERJUANGANNYA” dan juga “DARIMANA DIA BERASAL”. Kita tahu siapa Alm. HASAN TIRO, mengapa ia berjuang, apa yang ia “HASILKAN DARI PERJUANGANNYA”, dan dari mana dia berasal.
Kita juga tahu siapa sosok MALEK MAHMUD, apa yang ia perjuangkan, apa “hasil perjuangannya”, dan “darimana ia berasal”. Kita juga tahu siapa itu GUBERNUR ATJEH DR. ZAINI ABDULLAH, “apa yang ia perjuangkan”, apa “hasil perjuangannya”, dan “darimana ia berasal”, kita tahu siapa MUZAKKIR MANAF, “apa kerjaanya”, apa “perjuangan sebelumnya”, dan DARIMANA IA BERASAL. Kita patut berterima kasih atas apa yang mereka perjuangkan sebelumnya dan juga selama ini, dan semoga segala perjuangannya dibalas oleh ALLAh SWT.
Semua kita pernah membaca sejarah DI/TII, dan semua kita tahu perjuangan Gerakan ATJEH Merdeka (GAM). Dan bagaimana perjalanannya hingga hari ini. Kita memang tidak boleh melupakan sejarah dimasa lalu, kita tidak boleh memaki pelaku sejarah, dan kita tidak boleh menyesali segala hal yang pernah terjadi. Tapi, yang harus kita lakukan adalah, kita benar-benar menghargai sejarah, dan benar benar “BELAJAR DARI SEJARAH TERSEBUT”.
Kita harus mengulang kejayaan, bukan menambah sejarah kelam ATJEH. Kita harus berpikir yang sangat mendalam, dan bertindak lebih arif dan bijaksana. Agar ATJEH tidak tenggelam dalam peradaban yang sangat buruk hingga waktu yang tidak pernah jelas di masa yang akan datang. Saat ini, dan juga di masa yang akan datang, kita harus proporsional dalam melakukan segala sesuatu hal. Kita harus tahu siapa lagi nanti yang boleh memimpin PERANG ATJEH bila ada perang lagi di masa yang akan datang untuk mengusir PENJAJAH di tanah ATJEH, kita harus tahu siapa yang boleh memegang kendali di BIDANG PERDAGANGAN, kita harus tahu siapa yang harus memegang kendali di BIDANG PERTANIAN, kita juga harus tahu siapa yang boleh menjadi PEMIMPIN PARA ULAMA di ATJEH, kita harus tahu siapa yang boleh menjadi Gubernur ATJEH, kita harus tahu siapa yang boleh menjadi WALI NANGGROE ATJEH.
Kita harus betul-betul proporsional dalam mengambil tindakan, sehingga tidak salah kaprah lagi. Letakkan sesuatu pada tempatnya. Letakkan orang ATJEH sesuai dengan dengan KARAKTER daerahnya.
• Letakkan orang-orang ACEH BESAR pada BIDANGNYA
• Letakkan orang “PIDIE” pada BIDANG PERDAGANGANNYA
• Letakkan orang WILAYAH TIMUR sesuai dengan BIDANGNYA
• Letakkan orang ACEH di WILAYAH TENGAH dan TENGGARA pada BIDANGNYA
• Letakkan daerah BARAT SELATAN juga sesuai BIDANGNYA
• Letakkan orang ACEH BAGIAN UTARA seseuai dengan BIDANGNYA
.
Setiap orang ATJEH tidak boleh dinilai sama dalam berbicara, bersikap dan bertingkah laku. Karena, hal ini sudah berlaku sekian lamanya, dan juga karena ATJEH juga dikenal dengan berbagai adat-istiadat yang berbeda-beda.
Hal itu dapat dibuktikan sendiri apabila anda melangsungkan pernikahan dengan orang yang berasal dari daerah yang berbeda. Hal ini akan nampak begitu jelasnya, ketika ada acara-acara adat istiadat dari yang berasal dari kedua belah pihak. Namun, hal itu tidak menjadi persoaalan ketika kedua belah pihak juga tidak mempersoalkanya.
KARAKTER orang ATJEH akan nampak sangat jelas dalam segala hal. Hal ini bisa anda perhatikan sendiri ketika anda bertemu dengan orang ATJEH, dan yang berasal dari daerah yang berbeda. Apakah dari bahasanya, logatnya, kebiasaan dan cara bersikapnya. Bagi sesama orang ATJEH, hal ini mungkin ini tidaklah menjadi persoalan yang begitu sulit.
ATJEH juga sangat identik dengan Islam. Berbicara tentang orang ATJEH sama seperti berbicara tentang Islam. Hal itu dikarenakan, masyarakat ATJEH asli menganut agama Islam secara keseluruhan. Sehingga, adalah hal yang tabu, apabila ada orang ATJEH dikatakan ORANG KAFIR apabila ada melakukan sesuatu yang melanggar syari’at Islam. Orang ATJEH juga bisa menjadi sangat marah, apabila dikatakan sebagai ORANG KAFIR walaupun tidak melaksanakan SHALAT, PUASA, dan lain sebagainya.
Cara berkehidupan orang ATJEH, adalah sebagaimana yang diperintahkan dalam HUKUM SYARI’AT ISLAM. Apakah dalam adabnya, sopan santunnya, perilakunya, atau pun dalam ADAT-ISTIADAT yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Yang sangat menarik dalam kajian KARAKTER orang ATJEH adalah dalam perihal berbuat baiknya, dan juga dalam menyambut setiap tamu yang datang.
Apabila anda datang ke ATJEH dengan bermaksud baik, maka anda akan mendapat penerimaan yang baik, bahkan lebih baik dari kebaikan yang pernah anda berikan. Orang ATJEH tidak pernah berburuk sangka terhadap siapa pun yang datang ke ATJEH. Seperti yang diungkapkan dalam pepatah : “Meunyoe get jih, kulet ku sek, asoe ku jok keu jih” (artinya : kalau dia baik, saya kupas kulitnya, kuberikan isinya untuk dia).
Hal ini bukannya tidak beralasan, karena orang ATJEH sangatlah kental dalam mengikuti ajaran Islam, dan sangat yakin bahwa, setiap kebaikan yang diberikan akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Orang ATJEH sangat memuliakan tamunya, karena memang begitulah yang dianjurkan dalam Islam.
Anda akan dapat membuktikan sendiri ketika anda bertemu dengan orang ATJEH nanti, dimanapun anda berada, apakah di ATJEH, atau pun di luar ATJEH. Bagi orang ATJEH, perilakunya yang berdasarkan agama Islam telah mendarah daging dalam sanubarinya.
Hal ini karena telah tertanam begitu mendalamnya semenjak Islam masuk pertama kali ke ATJEH. Perilaku orang ATJEH yang bersyari’at Islam ini telah menjadi kebiasaan yang berulang-ulang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadilah suatu kebiasaan.
Kebiasaan orang ATJEH dalam berperilaku tidak pernah terlepas dari ajaran-ajaran Islam. Sehingga menjadi adat-istiadat yang bertahan lama hingga sekarang. Adat istiadat dan agama, bagi orang ATJEH, adalah dua hal yang tak terpisahkan. Seperti kata pepatah: “Adat deungon hukom, lagee umpama zat ngen sifeut” (adat istiadat dengan hukum Islam, seperti zat dengan sifat).
ATJEH, dalam hal ini juga penuh dengan FENOMENA. Baik itu dari ORANG-nya, KARAKTER-nya, DAERAH-nya, maupun KEADAAN-nya.
Apabila kita ingin melihat FENOMENA orang ATJEH dari ORANG-nya, maka anda boleh melihat kepada rupa dari wajah dan kulitnya. Rupa orang ATJEH sangatlah berbeda-beda, hal ini dilatarbelakangi dengan sejarah yang amat panjang di masa lalu. ATJEH merupakan sebuah Bandar yang sangat strategis dalam posisi secara geografisnya.
Ini sangat menguntungkan dalam perdagangan bagi para pedagang yang ingin singgah di Bandar ATJEH. Banyaknya para pedagang yang berasal dari berbagai belahan dunia telah berbaur dengan masyarakat ATJEH, dan terjadilah perkawinan-perkawinan dengan masyarakat setempat. Sebagian pedagang yang datang ada yang kemudian menetap di ATJEH, dan sebagiannya lagi ada yg tidak menetap dan kembali ke negaranya. Rupa orang-orang ATJEH, banyak sekali yang mirip dengan orang-orang ‘Arab, china, Eropa maupun orang India.
Dalam KARAKTER, orang ATJEH mempunyai KARAKTER yang sangat unik sekali, sebagaimana yang telah saya sampaikan di atas. Ini merupakan sebuah FENOMENA menurut pemikiran saya.
Hal ini dapat dibuktikan sendiri apabila anda menjalin hubungan komunikasi dan berinteraksi langsung dengan orang ATJEH. Orang ATJEH sangat mudah dalam berbuat kebaikan, dalam membalas kebaikan, dan juga sangat mudah sekali menjalin persaudaraan yang sebelumnya hanya sebatas teman.
Orang ATJEH juga sangat juga sangat mudah marah, apabila hak-haknya dan harga dirinya diinjak-injak. Apalagi kalau sudah menyinggung persoalan aqidah, maka tidak segan-segan orang ATJEH akan mempertahankannya dan memperjuangkannya habis-habisan, walaupun harta, keluarga, dan nyawa menjadi taruhannya.
Namun, yang paling unik dari orang ATJEH dan menjadi FENOMENA menurut saya adalah, orang ATJEH sangat mudah berbaikan kembali apabila sudah pernah marah dengan sesamanya maupun dengan orang lain yang berasal dari luar ATJEH. Mudah sekali mema’afkan kesalahan yang telah lalu dan melupakan kesalahan yang pernah terjadi.
Apabila meninjau DAERAH-nya, ini juga mengandung FENOMENA yang sangat luar biasa. Ada KARAKTER yang sangat berbeda sekali bila ditinjau dari mana dia berasal. ATJEH yang terdiri dari banyak kabupaten dan kota mempunyai KARAKTER yang sangat khas sekali. Sehingga, bila anda hafal semua KARAKTERISTIK dari setiap daerah, maka anda akan tahu dari mana dia berasal.
Asal usul daerah, sangatlah mencerminkan orang ATJEH. Sifat orang ATJEH betul-betul sangat berbeda apabila anda meninjaunya berdasarkan dari daerah mana ia berasal. Sifat yang berbeda-beda ini tidaklah boleh dibanding-bandingkan antara satu daerah dengan daerah lainnya, karena sifat-sifat tersebut mempunyai kelebihannya masing-masing.
Karena, apabila sifat-sifat tersebut dibandingkan, akan menimbulkan permusuhan yang tidak ada ujung dan pangkalnya. Satu daerah akan merasa lebih baik dari daerah lainnya. Ataupun akan menimbulkan persepsi bahwa, orang dari daerah yang satu, akan dirasa lebih buruk dari orang daerah lainnya. Keunikan ini, menjadi sebuah FENOMENA yang harus terpelihara untuk menjalin keharmonisan selama-lamanya di tanah warisan ‘indatu.
Bila ditinjau dari KEADAAN-nya, ATJEH tak pernah luput dari perang yang berkepanjangan. ATJEH kaya dengan agama, bahasa, budaya, kekayaan alam yang berlimpah, baik itu tambang, atau pun minyak dan gas alam. ATJEH juga kaya dengan rempah-rempahnya dan GANJA yang tumbuh subur di alam pegunungan ATJEH.
Kekayaan alam ATJEH ini, telah menjadikan ATJEH menjadi daerah rebutan bagi bangsa-bangsa lain. Banyak bangsa yang ingin memiliki ATJEH menjadi bagian miliknya. Namun, itu bukanlah hal yang mudah apabila dilakukan dengan cara merampasnya. ATJEH tidak segan-segan mempertahankan daerahnya dari serangan para penjajah-penjajah yang datang.
Sejarah telah mencatat secara gemilang, bahwa ATJEH bukanlah daerah yang mudah untuk ditaklukkan untuk menguasainya. Belanda dibuat kucar-kacir dengan perjuangan orang ATJEH. Indonesia dibuat berang dan kewalahan dengan pemberontakan yang dilakukan oleh orang ATJEH.
Membela harta, harkat dan martabat bagi orang ATJEH adalah HARGA MATI. Seperti yang dikatakan oleh pepatah ATJEH : “Udep Saree, Matee Syahid” (artinya, hidup dengan keadilan, mati dengan syahid). Karena begitu kuatnya dan beraninya orang ATJEH mempertahankan daerahnya, Belanda pernah memberi gelar untuk ATJEH : “ATJEH Moorden” yang diartikan oleh orang Indonesia sebagai : “ATJEH GILA”, atau dalam bahasa ATJEH “ATJEH Pungoe (A P)”.
Sebenarnya, “GILA” yang dimaksudkan disini bukanlah sakit jiwa atau pun tidak waras, melainkan karena orang ATJEH begitu tinggi semangat juangnya dalam membela harga diri dan marwahnya. Bahkan rela nyawa melayang untuk menjemput gelar syuhada. Dan GILA yang dimaksudkan disini, juga menggambarkan orang ATJEH yang berani melakukan perjuangan sendiri-sendiri dalam melawan kelompok yang besar jumlahnya.
Dan Mengenai perang yang tidak pernah berakhir ini, juga digambarkan oleh pepatah: “AWAK ATJEH SABEE LAM PRANG, DI AWAK PADANG THAT KUAT PEUGAH HABA, DI AWAK BATAK TEUGA THAT DI MEU ATO, YANG DUEK BAK KANTO DUM BIJEH-BIJEH JAWA” (artinya, orang ATJEH selalu larut dalam perangnya, bagi orang padang identik dengan selalu banyak bicaranya, bagi orang batak merupakan orang paling suka mengatur-ngatur orang lain, dan kebanyakan yang duduk di perkantoran adalah orang-orang dari keturunan Jawa).
Maka, tidaklah salah, apabila ada orang-orang ATJEH yang melakukan penyimpangan, atau berseberangan dengan KARAKTER orang ATJEH yang sebenarnya, akan dikatakan seperti orang PADANG, orang BATAK, dan yang LEBIH HINA lagi bila disamakan dengan orang JAWA.
ATJEH sangatlah identik dengan Islam. Berbicara tentang ATJEH sama dengan berbicara tentang Islam. Keislaman orang ATJEH tidak perlu diragukan lagi. Karena jati diri orang ATJEH adalah keislamannya. Sehingga timbul ungkapan: “BANGAI-BANGAI DI UREUNG ATJEH, NYOE KATROH U JAWA, JEUT GEUYU DONG KEU TEUNGKU IMUM SEUMAYANG” (artinya: Sebodoh-bodoh orang ATJEH dalam bidang agama, tapi kalau berada di pulau Jawa, boleh dijadikan imam shalat).
Dan begitu pula lah sebaliknya, apabila orang ATJEH sudah jauh dari keislamannya, maka orang ATJEH akan kehilangan “JATI DIRI”nya. Jati diri orang ATJEH adalah keislamannya yang ditunjukkan dalam kesehariaannya. Apabila keislamannya telah pudar, maka hilanglah jati diri orang ATJEH yang sebenarnya. Maka tidaklah begitu heran, apabila sekarang, ATJEH telah diambang kehancuran peradabannya.
ATJEH hari ini seperti hanya tinggal namanya saja. Keislaman hanya menjadi lambang di KTP. Cara berkehidupan dan juga moralnya betul-betul telah merosot ke titik yang paling rendah. Sehingga, ketika melihat orang ATJEH hari ini, persis sama dengan melihat perilaku dari bangsa-bangsa JAHILIYAH yang pernah ada dalam sejarah pada masa sebelum kedatangan Rasulullah SAW.
Kalau anda melihat perilaku orang ATJEH saat ini, akan terlihat sangat jelas bahwa jati dirinya betul-betul telah hilang. Ini dapat anda saksikan sendiri, baik pada orang ATJEH yang berada di ATJEH, maupun yang berada di luar ATJEH, atau bahkan bahkan di luar negeri sekali pun. BUDAYA ORANG KAFIR, telah menghiasi kebanyakan orang-orang ATJEH, baik itu anak-anak, para pemuda, pemudi, perempuan dan laki-laki, tua dan muda.
Anda juga bisa melihat dengan mata kepala sendiri, kalau sudah jarang orang-orang ATJEH yang melaksanakan SHALAT, PUASA, MEMBAYAR ZAKAT, MENUTUP ‘AURAT, dan MENGAJI selepas menunaikan shalat lima waktu. Dari cara berpakaian mungkin adalah hal yang paling mudah bagi anda untuk melihat kemerosotan kesadaran berkehidupan secara Islam bagi orang ATJEH.
Banyak sudah lelaki disaat ini yang mengenakan CELANA PENDEK DAN BERBAJU CUKUP PENDEK, MENGENAKAN ANTING-ANTING dan MENGECAT RAMBUTNYA. Demikian juga bagi wanita, anda bisa melihat dengan mata kepala sendiri, banyaknya perempuan-perempuan ATJEH yang tidak lagi mengenakan kerudung atau jilbab, yang memakai pakaian ketat sehingga membentuk ‘auratnya, bahkan ada juga yang memakai celana pendek di tempat-tempat umum sekali pun. Dan ini menjadi fenomena baru yang luar biasa di ATJEH saat ini.
Mengenai proporsional, saya hanya ingin menjelaskan tentang peranan orang ATJEH dalam setiap bidangnya. Setiap daerah, sebagaimana telah kita ketahui bersama di atas, orang ATJEH mempunyai kebiasaan yang mewakili daerah masing-masing dan mempunyai KARAKTER yang sangat mencolok.
Saya hanya akan menyampaikan satu contoh saja. Siapa yang tidak kenal dengan daerah Pidie. Daerah Pidie terkenal dengan kebiasaan masyarakatnya yang mayoritas berkehidupan sebagai pedagang. Ruang gerak orang Pidie yang tersebar diseluruh pelosok daerah dan Negara, telah menempatkan orang Pidie sebagai orang yang sangat indentik dengan orang China.
Dan inilah yang menjadikan orang Pidie sebagai orang yang sangat ulung dibidang perdagangan. Ini hanyalah salah satu profile dari sekian banyak daerah-daerah di ATJEH. Di bidang yang lain, apakah dalam bidang agama, politik, pertanian, kebangsawanan dan budaya, selalu diwakili oleh daerah-daerah lainnya.
Yang jelas, setiap daerah memiliki kelebihannya masing-masing. Seperti kelebihan Pidie dalam bidang perdagangan, kelebihan Tarian Saman yg mengharumkan nama ATJEH di pentas dunia yang berasal dari ATJEH Tenggara, Gayo dengan kopinya, Barat Selatan dengan Nilamnya, dan lain sebagainya, yang tidak lah mungkin saya sebutkan satu persatu.
Yang menjadi permasalahan proporsional disini adalah menyangkut kelebihan-kelebihan tersebut dimana akan digunakan nantinya. Dan kapan orang dari daerah-daerah ATJEH tersebut bisa menggunakan kelebihan yang dimiliki, untuk memegang peranannya dalam bidang-bidang tersebut.
Kita tahu kapan harus mengedepankan orang ATJEH Tenggara, yaitu ketika berhadapan dengan kelebihan tarian SAMAN-nya, kapan kita mengedepankan orang Pidie, yaitu ketika berhadapan dengan masalah Perdagangan. Dan itu hanyalah sebagai sekerumit contoh saja. Yang penting adalah kita harus betul-betul proporsional menempatkan orang-orangnya dalam segala bidang yang mewaklinya.
Kajian saya dalam hal proporsional ini, sebenarnya lebih menfokuskan kepada PERANG ATJEH dan MASALAH KEPEMIMPINAN dalam bidang-bidang tertentu. Kita tidak perlu jauh-jauh sekali membicarakan persoalan perang ATJEH. Kita cukup melihat perang ATJEH yang terjadi pada masa setelah kemerdekaan Indonesia.
Sejarah telah mencatat, kita semua tahu itu siapa Alm. DAUD BEUREUEH, apa yang dia perjuangkan, apa “HASIL PERJUANGANNYA” dan juga “DARIMANA DIA BERASAL”. Kita tahu siapa Alm. HASAN TIRO, mengapa ia berjuang, apa yang ia “HASILKAN DARI PERJUANGANNYA”, dan dari mana dia berasal.
Kita juga tahu siapa sosok MALEK MAHMUD, apa yang ia perjuangkan, apa “hasil perjuangannya”, dan “darimana ia berasal”. Kita juga tahu siapa itu GUBERNUR ATJEH DR. ZAINI ABDULLAH, “apa yang ia perjuangkan”, apa “hasil perjuangannya”, dan “darimana ia berasal”, kita tahu siapa MUZAKKIR MANAF, “apa kerjaanya”, apa “perjuangan sebelumnya”, dan DARIMANA IA BERASAL. Kita patut berterima kasih atas apa yang mereka perjuangkan sebelumnya dan juga selama ini, dan semoga segala perjuangannya dibalas oleh ALLAh SWT.
Semua kita pernah membaca sejarah DI/TII, dan semua kita tahu perjuangan Gerakan ATJEH Merdeka (GAM). Dan bagaimana perjalanannya hingga hari ini. Kita memang tidak boleh melupakan sejarah dimasa lalu, kita tidak boleh memaki pelaku sejarah, dan kita tidak boleh menyesali segala hal yang pernah terjadi. Tapi, yang harus kita lakukan adalah, kita benar-benar menghargai sejarah, dan benar benar “BELAJAR DARI SEJARAH TERSEBUT”.
Kita harus mengulang kejayaan, bukan menambah sejarah kelam ATJEH. Kita harus berpikir yang sangat mendalam, dan bertindak lebih arif dan bijaksana. Agar ATJEH tidak tenggelam dalam peradaban yang sangat buruk hingga waktu yang tidak pernah jelas di masa yang akan datang. Saat ini, dan juga di masa yang akan datang, kita harus proporsional dalam melakukan segala sesuatu hal. Kita harus tahu siapa lagi nanti yang boleh memimpin PERANG ATJEH bila ada perang lagi di masa yang akan datang untuk mengusir PENJAJAH di tanah ATJEH, kita harus tahu siapa yang boleh memegang kendali di BIDANG PERDAGANGAN, kita harus tahu siapa yang harus memegang kendali di BIDANG PERTANIAN, kita juga harus tahu siapa yang boleh menjadi PEMIMPIN PARA ULAMA di ATJEH, kita harus tahu siapa yang boleh menjadi Gubernur ATJEH, kita harus tahu siapa yang boleh menjadi WALI NANGGROE ATJEH.
Kita harus betul-betul proporsional dalam mengambil tindakan, sehingga tidak salah kaprah lagi. Letakkan sesuatu pada tempatnya. Letakkan orang ATJEH sesuai dengan dengan KARAKTER daerahnya.
• Letakkan orang-orang ACEH BESAR pada BIDANGNYA
• Letakkan orang “PIDIE” pada BIDANG PERDAGANGANNYA
• Letakkan orang WILAYAH TIMUR sesuai dengan BIDANGNYA
• Letakkan orang ACEH di WILAYAH TENGAH dan TENGGARA pada BIDANGNYA
• Letakkan daerah BARAT SELATAN juga sesuai BIDANGNYA
• Letakkan orang ACEH BAGIAN UTARA seseuai dengan BIDANGNYA
.
Ahmad Fadhil Zubir adalah Pengamat Masyarakat Marginal |
Dan juga daerah-daerah lain pada bidangnya masing-masing. Jangan pula orang yang seharusnya “berdagang”, malah berperang dan menjadi pemimpin. Dan Janganlah seperti sekarang ini, amburadul disegala bidangnya. Kita tidak akan pernah Berjaya dan MERDEKA sampai kapan pun bila selalu menggunakan konsep yang memang jelas-jelas SALAH, Memperturunkan nafsu, dan selalu mempermalukan daerah yang merupakan daerah dari mana kita berasal.
Marilah kita selaku orang ATJEH, kembali ke JATI DIRI kita selaku orang ISLAM. Dan Mari kita meletakkan orang-orang yang akan menempati bidangnya, yang sesuai dengan KARAKTERNYA yang TEPAT dan PROPORSIONAL.
WAQUL JAA AL HAQQUWAZAA HAQAL BATHIL, INNAL BAATHILAQAA NAZAHUUQAA “DAN SUNGGUH TELAH DATANG YANG HAQ MENGALAHKAN YANG BATHIL, DAN SESUNGGUHNYA YANG BATHIL ITU PASTI LENYAP”
Saya menuliskan kajian ini berasal dari hati sendiri, mohon diperbanyak maaf atas segala kesalahan dan kekurangan, dan mohon dikoreksi bila ada kesalahan-kesalahan, baik dalam isi ataupun penulisan.
Marilah kita selaku orang ATJEH, kembali ke JATI DIRI kita selaku orang ISLAM. Dan Mari kita meletakkan orang-orang yang akan menempati bidangnya, yang sesuai dengan KARAKTERNYA yang TEPAT dan PROPORSIONAL.
WAQUL JAA AL HAQQUWAZAA HAQAL BATHIL, INNAL BAATHILAQAA NAZAHUUQAA “DAN SUNGGUH TELAH DATANG YANG HAQ MENGALAHKAN YANG BATHIL, DAN SESUNGGUHNYA YANG BATHIL ITU PASTI LENYAP”
Saya menuliskan kajian ini berasal dari hati sendiri, mohon diperbanyak maaf atas segala kesalahan dan kekurangan, dan mohon dikoreksi bila ada kesalahan-kesalahan, baik dalam isi ataupun penulisan.
0 Komentar