Rumah kakak beradik yang tewas setelah memakan ikan buntal di rumahnya Dusun Pasi, Kecamatan Jangka, Bireuen
KOMPAS.com/ Desi Safnita
|
PENA News | Jumiati (15) dan Iskandar (1), kakak beradik warga Desa Pasie Alue Kuta, Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen, Aceh, ini tewas setelah memakan nasi dengan lauk pauk goreng hati ikan buntal di rumahnya, Senin (24/12) sekitar pukul 14.00 WIB. Kedua korban baru dikebumikan Selasa (25/12) siang.
Ikan buntal atau lebih dikenal ikan gembung memang kerap dimanfaatkan warga Dusun Pasi menjadi lauk sehari-hari. Kendati tidak berduri, ikan itu dikenal memiliki kandungan racun dalam kantung empedunya. Agar aman dikonsumsi, saat dibersihkan biasanya empedu dibuang, tapi jangan sampai pecah mengenai daging ikannya.
Entah bagaimana terjadi pada kakak beradik anak pasangan dari Miswar (40) dan Irwati (35) ini. Setelah keduanya memakan ikan buntal yang digoreng sang ibu, tak lama kemudian mereka muntah-muntah, lalu tak sadarkan diri.
"Oleh keluarganya kedua korban dilarikan ke puskesmas," ujar Kepala Desa Alue Kuta, M. Diah. Karena kekurangan peralatan medis, Jumiati meninggal di puskesmas. Sedangkan adiknya, Iskandar sempat dirujuk ke rumah sakit, namun akhirnya meninggal.
Jumiati diketahui baru beberapa bulan menikah, namun masih tinggal seatap dengan orang tuanya.
M. Diah menambahkan, tak hanya kedua korban yang menikmati ikan buntal tersebut, sang ibu juga sempat memakannya. Namun baru memakan sedikit, Irwati merasakan kebas di mulut sehingga tidak melanjutkan makan.
Begitupun ia terlambat memberitahukan kepada anak-anaknya. Saat dilihat, kedua anaknya sudah terkapar lemas dan muntah-muntah. "Karena reaksi racunnya begitu cepat, kedua korban tidak tertolong lagi setibanya di pelayanan kesehatan yang jarak tempuhnya cukup jauh dari sini," tandas M.Diah.
Kini, Warga Hentikan Konsumsi Ikan Beracun Itu
Sebelumnya warga tidak percaya kematian kakak beradik itu akibat racun dari ikan buntal. Namun setelah membuktikannya sendiri dengan melihat korbannya, akhirnya warga pun percaya.
"Warga cukup khawatir dan seakan tidak percaya sehingga berduyun-duyun datang kemari," ujar Kades Pasi Alue Kuta, M. Diah, Selasa (25/12).
Menurut Diah, ikan jenis itu memang tak sulit dijumpai di wilayah Jangka yang dekat dengan pantai serta tambak ikan. Sehingga tak jarang penduduk setempat memanfaatkan ikan tersebut untuk disantap bersama keluarga. Kendati tahu mengandung racun, warga menyakini dengan membersihkan empedu atau bagian dalam ikan, makan ikan buntal aman dikonsumsi.
"Tapi membersihkannya wajib hati-hati, jangan sampai ada isi dalam ikan tertinggal," kata M. Amin, seorang warga.
Menurut Amin, baru kali ini mereka mendengar dan melihat sendiri orang meninggal akibat mengonsumsi ikan buntal. Maka, wajar saja, warga di sana menjadi khawatir bila ke depan ingin menikmati ikan buntal sebagai menu lauk sehari-hari.
"Walaupun aman setelah dibersihkan, saya tak mau memakannya lagi. Begitu juga warga di sini," lanjut Amin.
Ikan buntal, atau di Aceh sering disebut ikan bukum, dipercayai sebagai vertebrata paling beracun kedua di dunia setelah katak racun emas. Tubuhnya bisa mengembung seperti balon dan mengeluarkan duri tajam untuk membentengi dirinya dari serangan mangsa. Memiliki panjang 8-14 inci, biasanya ikan jenis ini bersembunyi di karang-karang tepi laut pada siang hari dan mencari mangsa di malam hari.
Organ-organ dalam seperti hati dan kadang kulit ikan ini beracun jika dimakan. Di Jepang, Korea dan China, ikan ini menjadi menu andalan yang disiapkan juru masak yang tahu bagian tubuh mana yang aman dimakan dan seberapa banyak kadarnya.
Racun yang terkandung didalamnya bersifat mematikan dan bereaksi pada korban hanya dalam waktu kurang dari setengah jam. Gejala awal ditimbulkan yakni mual, muntah hingga mati rasa dalam rongga mulut.
SUMBER: KOMPASdotCOM
0 Komentar