Like on Facebook

header ads

Pasca MoU Helsinki, Pemimpin Aceh Terkulai Ditepian Harapan

Kapabelitas & Mentalitas Kepemimpinan Aceh Versi I (Periode Irwandi – Nazar)

Saifuddin, ST
PENA NEWS - 15-02-2014 Periode Irwandi – Nazar adalah periode awal dari kebangkitan politik Aceh dimata dunia khususnya Indonesia, setelah melalui proses perjuangan yang melelahkan selama 36 tahun. Perjuangan yang dideklarasikan oleh Tgk. Hasan Ditiro setelah kembali dari Negeri Paman Sam ke Negeri Pertiwi Aceh  yaitu pada saat diadakannya Tender Project Pembangunan Pabrik  Gas Raksasa ARUN NGL di Blang Lancang dan Tender tersebut pun lepas dari genggaman anak negeri yang disebabkan oleh ketidak adanya kepercayaan kita terhadap sesama Ras Aceh kala itu. Dan, saat  itu Mr. Muzakir Walad yang menjabat sebagai Gubernur Aceh tidak merestui kemenangan Anak Negeri yang merantau ke Negeri Paman Sam tersebut, maka dengan kekecewaan diri Tgk. Hasan Ditiro mendeklarasikan Gerakan Aceh Merdeka (GAM)  pada tanggal 4 Desember 1976 di Puncak Gunung Halimun Tiro. Dan, perjuangan tersebut berakhir dalam sebuah kesepakatan (MoU Helsinki) yang diprakarsai oleh Mantan Presiden Firlandia Martti Ahtisaari setelah terjadinya mala petaka Gempa (Tsunami) yang menghentakkan Dunia. Tsunami merupakan Anugrah dari Sang Pencipta serta membawa hikmah bagi Rakyat Aceh, setelah penandatanganan (MoU Helsinki) maka lahirlah Era baru bagi Aceh untuk mengelola daerahnya sendiri walaupun perjanjian tersebut masih terseok-seok laksana bara api dalam genggaman tangan. Pengharapan Rakyat Aceh dimulai dengan berakhirnya pesta demokrasi yang dimenangkan oleh calon Independen yang pertama dalam pertarungan Kursi Panas Gubernur se Indonesia.

Irwandi – Nazar menjadi Ikon baru bagi Aceh untuk menata masa depan Aceh kepada Arah perubahan Kejayaan Aceh, dan saat itu 85% Komponen. Dan, Elemen Aceh memberikan kepercayaan penuh pada Ikon baru Aceh tersebut, dengan harapan Keadilan dan Kesejahteraan yang merata terwujud bagi Rakyat Aceh, seiring waktu berjalan lima (5) tahun lamanya masa transisi tersebut, ikon yang dilahirkan oleh produk Perdamaian (MoU Helsinki) berhasil memberikan konstribusi perubahan bedasarkan hasil “Inside Analysis“ yaitu sebesar 5,97% dalam hal Peningkatan kesejahteraan. Ikon Aceh tersebut mampu menaikkan Kapabelitas dan keberhasilan Kepemimpinannya melalui program pembangunan daerah tertinggal, kesehatan Rakyat Aceh sebesar 5,97%. Walaupun hal tersebut belum mampu menjamah kemerataan bagi komponen dan elemen Aceh sesuai dengan besarnya harapan yang diinginkan oleh Rakyat Aceh dalam hal perubahan Kesejahteraan dan Keadilan.

Kapabelitas & Mentalitas Kepemimpinan Aceh Versi II (Periode  Zaini Abdullah – Muzakir Manaf)

Periode Zaini Abdullah – Muzakir Manaf baru berjalan dua (2) Tahun lamanya produk yang sama yang lahir dari sebuah kesepakatan perdamaian (MoU Helsinki). Waktu dua tahun adalah waktu yang tidak singkat bagi sebuah proses kepemimpinan, yang seharusnya masa peralihan/transisi tersebut seharusnya mampu melahirkan perubahan yang drastis bagi daerah Aceh dalam segala hal baik perubahan Income pendapatan perkapita Rakyat Aceh, sehingga kesejahteraan yang dijanjikan oleh Zaini Abdullah – Muzakir Manaf pada masa kampanye dapat terwujud. Bagaimana mungkin dapat terwujud, jika tidak adanya gebrakan-gebrakan yang telah melalui proses pengkajian, yang melibatkan Akademisi dan Teknokrat yang ada di Aceh, sumber daya Aceh saat ini mampu melahirkan program-program peningkatan Ekonomi Ke Acehan. Namun, sangat disayangkan hal tersebut tidak dimanfaatkan oleh para Pemimpin Aceh versi II tersebut. Dua tahun masa kepemimpinan Zikir belum juga mampu membawa perubahan bagi Aceh, sangat disayangkan “Ureng Aceh Sabe Lam Lumpo (Hopeless)“  Back to Basic ke Acehan  seharusnya yang dilakukan oleh Pemimpin Aceh saat ini. “Sifat gotong royong adalah karakter Ureng Aceh Awai“ apabila segenap komponen dan elemen Aceh bersatu bukan tidak mungkin kejayaan Aceh dahulu akan kembali terulang di Bumoe Serambi Mekkah.
.
21 Janji Zikir Untuk Rakyat Aceh dr. Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf (Zikir)

Berikut janji-janji politik yang disampaikan Tim Kampanye Gubernur Aceh terpilih periode 2012-2017 dr. Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf (Zikir) dalam 55 kali kampanye pada 22 Maret s/d 5 April 2012 di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota di Aceh, Sebagaimana dirilis harian Serambi Indonesia (Senin, 25 Juni 2012) yaitu:

1. Wewujudkan pemerintahan Aceh yang bermartabat dan amanah;
2. Mengimplementasikan dan menyelesaikan turunan UUPA;
3. Komit menjaga perdamaian Aceh sejalan dengan MoU Helsinki;
4. Menerapkan nilai-nilai budaya Aceh dan Islam di semua sector kehidupan masyarakat;
5. Menyantuni anak yatim dan kaum duafa;
6. Mengupayakan jumlah penambahan kuonta haji Aceh;
7. Pemberangkatan jamaah haji dengan kapal pesiar;
8. Naik haji gratis bagi Anak Aceh yang sudah akil baliq;
9. Menginventarisir kekayaan dan sumber daya alam Aceh;
10. Menata kembali sector pertambangan di Aceh;
11. Menjadikan Aceh layaknya berunei Darussalam dan Singapura;
12. Mewejudkan pelayanan kesehatan gratis yang lebih bagus;
13. Mendatangkan dokter spesialis dari luar negeri;
14. Pendidikan gratis dari SD sampai dengan Perguruan Tinggi;
15. Pemberian Rp. 1.000.000 (satu juta) per Kartu Keluarga per bulan dari hasil dana minyak dan gas (migas);
16. Mengangkat hononer PNS;
17. Meningkatkan kesejahteraan rakyat Aceh;
18. Membuka lapangan kerja baru;
19. Meningkatkat pemberdayaan ekonomi rakyat;
20. Memberantas kemiskinan dan menurunka angka pengangguran; serta
21. Mengajak kandidat lain untuk bersama-sama membangun Aceh.

Dilihat dari realisasi janji-janji yang telah diluahkan oleh Zikir pada saat Kampanye terdahulu belumlah wujud pada segenap Elemen dan Komponen Aceh itu sendiri, Efeksitas 21 janji Zikir yang ditawarkan, dilempar ketengah-tengah ‘Ureng Aceh‘ mampu mendulang suara pada pemilihan gubernur yang lalu, sementara realisasi janji tersebut belum terlaksana dalam dua tahun lamanya masa kepemimpinan Zikir sebagai Ureng Numboi Sa Aceh, faktor tersebut akan mempengaruhi publisitas dan sounding-nya Zikir terhempas pada level terendah dan bahkan berada pada posisi Akut yang berakibat buruk pada pencitraan Partai Politik yang dinaungi oleh Zikir, Kapabelitas dan Kepemimpinan versi II (Periode Zaini Abdullah – Muzakir) berada pada ujung tanduk bak kata pepatah Aceh; "Lagee Boh Manok bak ujung Tandok Goyang Bacut Rheut Beukah", kebijakan-kebijakan yang dilahirkan oleh Pemerintah Versi II cenderung Stagnan tidak bergerak.

Aceh Menanti Pemimpin Yang Lahir dari Rahimnya Ulama SUFI & Intelektual

Pemimpin yang Arif itu mempunyai kriteria sesuai dengan gelar Aceh Seuramoe Mekkah dan hal tersebut dilukiskan dalam catatan sejarah Aceh yang dituangkan dalam tulisan tangan Ulama Atjeh terdahulu dan terma’tup dengan karangannya kitabnya Almansyura buah tangan Syeikh Abdurrani (Kitab Lhe Sagoe) yang langka. Dan, hanya terdapat pada Ulama–Ulama yang karam bersama Dzikkrullah semata-mata hanya Kepada Allah, Pemimpin idaman Aceh mempunyai dasar-dasar keimanan yang berpandukan Al-Qur’an & Hadist, pemimpin yang muda, kreatif, innovative, akumulatif, arif bijaksana dalam mengambil keputusan dan kebijakan bagi Rakyatnya. Dilihat dari Versi I, Versi II sikap dan keputusan Politik yang diputuskan belumlah berpihak kepada Rakyat Kecil, Syair Lagu Rafli “Hoka Raja Loen“ itu merupakan gambaran kerinduan Ureng Aceh terhadap Pemimpin yang arif dan bijaksana yang mengutamakan kepentingan Rakyatnya di atas segala hal, dalam kitab tersebut disebutkan ciri-ciri Pemimpin Seuramoe Mekkah terdiri dari hal-hal sebagai berikut; mempunyai kadar iman yang tinggi, lemah lembut tutur sapanya, bersahaja dalam kemaslahatan rakyatnya, cerdas, lugas, dan selalu mendahulukan kepentingan agamanya dalam mengambil keputusan. Dari, ciri-ciri yang tersebut didalam tulisan tangan Ulama Aceh terdahulu menyiratkan kebagusan Akhlaq seorang pemimipin dan jika kita ingin menggangkat seorang Pemimpin bagi Aceh kedepan. 

Ho Ka Raja Loen
“ Seuramoe Lon Hu meucahaya “
“ Trang Sampoe ‘U Nanggroe Luwa “
“ Sayang Bukon Le Hu Nyan Ka meusagop”
 “ Abeh Dumna Teuh Reule, Nanggroe Pieh Hancoe “

“ Ho Ka Raja Lon Yang Areh “
“ Neuwoe Beurijang Rakyat Ka Meutuka Kiblat “
“ Ho Ka Raja Lon Yang Bijaksana “ 

“ Apui Nafsu Ka Jie Peukabeh Rakyat Seuramoe Mekkah “

Saifuddin, ST adalah Sekjen Vote Quiz Indonesia Agency Publicity and Sounding Board

Posting Komentar

4 Komentar

  1. Neu meu panton, hana watee lhee di jak deungo lhee gop. Raja ka ie meusom..karena, raja takot matee. Jadi, yang na di nanggroe tanyoe jino. Nyankeuh raja..jadi so yang teuga,nyan jeuet keu raja. Hai..nan uroe jeeh pieh.,"KutaRaja". Pakiban ta peugot teuma wahai seara lon yang Lua Nanggroe..?

    BalasHapus
  2. Assalmuaikum..teungku loen meutuwah yg tingai di lua nanggroe.jak ta pikee positif untuk bangsa geutayoe.phue yang jeuet ta puebeut dlm situasi saatnyo dan untuk saat u keu..? Nyoe loen pribadi, heek bak ta peuglah masalah intern tanyo yang di Aceh. " keu gop bek, keu loen tan" nyan prinsip sang manton na bak awak gutayoe. Awak geutanyoe kreuh ulee. Dan pantang menjeurah. Terbukti masa penjajahan. Jadi, so yang jeuet pemimpin ta dukong. Ta buka matee hatee siara tanyoe lewat rakyat keseluruhan. Rakyat tanyo cinta damai. Ureueng ceumeucu karena terpaksa. Hana mungken, rakyat aceh pancuri nyo ka seeb keupajoh. Karena bangsa geutanyoe ureung na adat dan agama islam yang kong. Jadi lapangan keureuja adalah nomboi sa. Awak aceh carong, na keinginan utk maju. Cuma hana chan bagi ureung yang hana peng atau gaji pue seukula aneuk. Kepajoh mantong pie sulet. Droe,loen rakan mandum di lua nanggro ta sumbang ide positif dan seudekah. Utk pengumpula dana Balai Latihan kerja. Terlepas dari progam pemerintah Aceh. Hana perlee dana dari pemda. Meu nyoe ijok ta cok. Free of donation. Peu na pakat...? Na wak tanyoe hantem pue udep pabrik raksasa di Aceh. Padahai juet ie produksi lom. Nyan keuh sangkot bak politik, antara Aceh vs Jakarta. Nyan urusa awak pemda Aceh. Lhee eh daripada jaga..! Kiban pue na ide laen. Non politics please, no monuver negatif politics in subject..saleum damai..

    BalasHapus
  3. Assalamualaikum..wr.wb.
    saya sebagai orang aceh yg dirantau orang. Disini saya ingin paparkan kepada bapak atau ibu yang terhormat khususnya warga aceh yg mendapat suaka politik(GAM) yg bermarkas di Swedia.sosok para petinggi GAM yg masih aktif memberi ide atau komando yg masih jadi idola bagi rakyat Aceh secara kesuluruhan. Berbuatkah seseatu utk Rakyat Aceh di situasi genting seperti ini. Aceh bakal jadi perang saudara, hanya di karenakan nafsu akan jabatan. Telah terjadi byk tindak kejahatan, intimidasi, penculikan, perusakan bahkan pembunuhan dia antara lawan politik. Kebayakan yg melakukanan justru ex kombatan GAM. Dengan berbagai metode. Rakyat Aceh tdk meyangka idola mereka GAM telah berubah dari janji kepada rakyat Aceh. Kehidupan tdk byk berubah, lapangan kerja sulit didapat di aceh. Ini akibat pemimpin yg tamak,rakus dan tdk manusiawi. Kemaknuran hanya utk beberapa kelompok saja. Ini tanggung jawab anda semua, ex GAM yg tinggal diluar. Ini pekerjaan yg harus anda selesaikan di antara anda dan bangsa Aceh. anda yg telah menyulut api peperangan terhadap RI. Walau kita tdk merdeka tapi, kita telah di perhatikan oleh RI dan internasional. Daerah Aceh telahh mendapat otonomi,utk mengurus daerahnya sendiri. Bukti telah ada. Ex GAM pernah mejadi gubernur utk Aceh. Berarti RI mengikuti kemauan GAM. Tapi setelah semuanya teralisir dgn baik asal Aceh tdk minta merdeka. Bagi saya merdeka atau tidak itu bukan tujuan saya pribadi. Tujuannya adalah bagaimana memimpin rakyat dengan arif. Kemakmuran yg merata. Hukum ditegakkan dgn adil. Saya melihat di swedia anda merayakan Milad GAM. Merayakan dgn aman. Tapi mereka merayakan milad di Aceh tdk aman..! Apa dengan anda merayajan milad GAM di swedia anda telah mersa puas..? Atau merdeka dari RI..? Sementara Aceh blm merdeka. Bahkan kemungkinan besar rakyat Aceh tdk mau minta merdeka. Lagipun itu sulit utk mencapai merdeka. Internasional kemungkiban tdk mendukung Aceh utk merdeka. Aceh bukan merupakan daerah bisnis bersekala vesar utk kepentingan internasional. Yg di prioritaskan dalam agebda bisnis dunia. Hanya sedikit lirikan mata internasional dikarenakan pasca DOM. Gas hanya cukup pemakaian kebutuhan dlm negeri. 25 tahun mobil oil telah mengurasnya. Hanya sisa utk pemakain dlm negri. Khusus Aceh. Apa yg mau kita banggakan..? Anda masih bisa membangun Aceh utk arah kemakmuran. Jadilah anda pemimpin yg punya jiwa nembangun. Utk segala bidang. Tinggalkan sifat egous anda, buka mata andavutk rakyat Aceh yg haus pemimpin jujur. Utk apa anda dapat suaka politik. Kalau hanya buat cukup makan di negeri orang. Internasional akan memberivizin kembali ke Aceh apa bila anda ingin membangun Aceh. Saya pernah bertamu kesalah satu dari orang penting ditubuh GAM. Saya ydk sebutkan sosoknya. Tapi jawabannya adalah minta merdeka..! Setelah sholah zhuhur saya bertanya dan menukar ide. Jawaban saudara tersebut. Saya tidak punya jiwa pemimpin, loen ureung bangai..katanya. Dari saudara tsb saya banyak tahu ttg Hasan tiro serta tujuanya. Orang kiri atau orang kanan. Yg si polan, dan yg si polen. Dan juga yg penjilat RI atau penjilan hasan tiro. Maaf tdk maksud menyinggung. Itu kata beliau saat marah mengungkapkan tabiat seseorang di tubuh GAM yg bermarkas di luar. Akhir kata, dia hanya mengatakan kepada saya : saboh watee ie troen ulee ie dari glee. Di sampoh mandum..!!! Menurot droe teungku lageenya neupeugah.,? Nyo.,neu ngieng saboh saat..!!!. Akhir kata kusalami teungku tsb bersama istri dan anaknya. Karena saya harus kembali ke jerman. Saya hanya berfikir ke anda, pelarian GAM kebayakan ke negara skandinavia. Kalau anda tetap sayang kepada seluruh rakyat Aceh, ingin membangun Aceh, kembalilah dan pimpin Aceh tsb. Jgn hanya melihat atau memantau dari luar saja. There is nothings you can do, except you are inside them..be honest to your sefl fisrt, if you able to be a good leader for Aceh..??? Saleum sejahtera ke sabee awak aceh di lua nanggro..

    BalasHapus
  4. getanyo aceh sit hna but laen selaen ceet langet..

    BalasHapus