Tapi, kalau di tanoh endatu untuk mendapat posisi Wakil Rakyat (DPRA/DPRK) maupun Kepala Daerah, maka Paket C pun dijadikan “Certificate Laundry”, tidak jauh juga dengan Money Loundry, dapat dianggap kejahatan terselubung dan sistematis
Walikota Aarhus sedang berbicara tentang bagaimana menjadi
Wakil Rakyat
Photo: Johan Makmor Habib - The ACEH TIMES (
|
TEPATNYA, 9 Januari 2013, saya mendapat undangan dari Partai Social Demokrati (Partai Sosial Demokrasi) untuk menghadiri meeting di kantor Walikota. Tujuan meeting tersebut untuk memilih wakil rakyat di Kota Aarhus, yaitu kota nomor dua terbesar di Denmark.
Sebagai anggota memang selalu mendapat undangan yang berkenaan dengan kegiatan partai. Biasanya undangan untuk membicarakan masa depan partai dan maupun tour ke gedung parlemen di Copenhagen serta bertemu dengan anggota parlemen dari partai Sosial Demokrasi.
Kali ini memang pertama sekali saya mendapat undangan untuk memilih para calon yang akan bertanding sebagai wakil rakyat di bulan November ini. Sesampainya disana, saya melihat sudah ada beberapa orang yang datang, diantaranya adalah Ketua Partai di daerah Kota Aarhus dan ada beberapa wakil rakyat yang sudah terpilih di Pemilu yang lalu.
Tepat jam 7 malam acarapun dimulai. Dari 40 orang yang datang semuanya punya pendidikan yang bisa dikatakan lumayan tinggi, rata-rata punya pendidikan political science ditingkat Master (S2) dan pendidikan lainnya yang juga tingkat Master (S2). Hanya Aneuk Aceh yang bernama Johan Makmor saja yang punya pendidikan Film Techniques.
Tak lama setelah acara dimulai Walikota Aarhus hadir di ruangan, tanpa ada pengawalan dan pendamping atau team “Sah”. Dia mengucap selamat malam dan langsung duduk dengan teratur. Karena sudah datang terlambat maka dia duduk dimana saja asal kursi kosong. Kebetulan kursi disamping saya masih ada kosong satu, dan dia duduk disitu.
Tanpa harus ada kursi spesial yang disediakan untuknya. Sebelumnya memang sudah diberitahu kalau dia akan datang terlambat disebabkan ada meeting lain yang harus dihadirinya.
“Saya hanya bisa berharap, kelak ada Walikota atau Bupati yang seperti Walikota atau Bupati Denmark di Bumi Aceh. Dimana seorang yang perduli akan rakyat dan tak perlu dilayan istimewa”.
Meeting itu berkenaan dengan sudah dekatnya pemilihan kandidat wakil rakyat di tingkat daerah di bulan November tahun ini, maka semua anggota yang aktif diberi kesempatan untuk mencalonkan diri. Syaratnya, asalkan para kandidat seorang yang loyal, aktif di partai, punya wawasan dan siap untuk mengabdikan diri untuk rakyat.
Sebagai pembicara adalah Ketua Partai Daerah Aarhus. Dia menerangkan apa syarat dan bagaimana Partai bisa membantu para kandidat untuk mencalonkan diri.
Setelah itu giliran salah seorang wakil rakyat yang sudah terpilih di pemilihan lepas angkat bicara. Dia menjelaskan bagaimana beratnya beban yang dipikul, dengan jam kerja rata-rata 40 jam per minggu dan tambah lagi kalau ada meeting yang tiba-tiba.
Dia berharap agar para kandidat siap untuk pulang lambat dan bangun harus cepat, sebab tugas untuk menjadi wakil rakyat tidaklah mudah. Rakyat memberikan harapan kepada wakilnya agar bisa bekerja sebaik-baiknya. Sebab memang tidak mudah memikul beban yang diamanahkan oleh rakyat.
Walaupun, begitu dia berharap agar para calon yang hadir pada malam itu tak usah takut. Kalau memang sudah niat untuk mengabdi kepada rakyat maka semua kerja akan mudah, ditambah lagi para senior-senior yang sudah duluan terpilih akan membantu dalam keadaan yang genting.
Disebabkan orang Denmark sangat perduli akan family dia mengingatkan agar para calon, sebelum mencalonkan diri harus benar-benar berpikir dan berunding dulu dengan pasangan dirumah. Hal ini tidak termasuk bagi yang belum berumah tangga. Alasan itu dikarenakan jadwal kerja membuat waktu bersama family sangatlah kurang dibanding dengan orang yang bekerja di kantor atau di sebuah perusahaan.
Mendengar pembicaraan itu, dari 40 orang dan termasuk saya yang datang pada malam itu tak ada seorangpun yang berani mengambil keputusan untuk ikut mencalonkan diri. Kalau mereka yang sudah bergelar Master (S2) yang bukan merupakan Paket C ala Aceh, masih mikir-mikir. Tapi, kalau di tanoh endatu untuk mendapat posisi Wakil Rakyat (DPRA/DPRK) maupun Kepala Daerah, maka Paket C pun dijadikan “Certificate Laundry”, tidak jauh juga dengan Money Loundry, dapat dianggap kejahatan terselubung dan sistematis.
Melihat hal itulah, Walikota Aarhus, Jacob Bundsgaard diminta bicara untuk memberikan semangat kepada para calon wakil rakyat yang datang pada malam itu. Dengan pengalaman dia sebagai wakil rakyat memberi kata-kata semangat kepada para kandidat.
Dalam ucapannya dia sangat berharap agar para kandidat siap untuk menghadapi kerja yang akan diberikan oleh rakyat. Kesumpurnaan memang tidak akan pernah ada, tapi kalau yang namanya mau usaha maka mendekati kesrmpurnaan akan kelihatan ada.
Yang paling penting adalah semangat dan punya kemauan untuk meraih kesempurnaan yaitu kerja sama dan saling memberi pengalaman serta mau bertanya kepada yang telah dulu terpilih adalah jalan yang terbaik untuk mencapai kerja yang mudah sehingga tidak stress.
Setelah Jacob Bundsgaard menyampaikan kata semangatnya maka dia membawa semua yang hadir pada malam itu untuk keliling kantor walikota untuk melihat bagaimana keadaan di dalam kantor, termasuk ke kantor dimana dia bekerja.
Di dalam kantornya Jacob Bundsgaard sekali berharap agar yang hadir pada malam itu, tidak perlu ragu untuk mencalonkan diri. Acara itu berakhir dengan saling bersalaman dan saling mengucapkan selamat malam.
Johan Makmor Habib terlihat serius menghadiri meeting di kantor Walikota Aarhus, Denmark |
Kesimpulan Saya Yang Hadir Pada Malam Itu
Bahwa memang untuk menjadi wakil rakyat di Denmark bukanlah cilet-cilet, tak ada istilah coba-coba atau belajar. Tak ada yang punya ijazah Paket C, tak ada yang memikirkan tentang banyaknya gaji dan tak ada uang aspirasi. Sebab gaji wakil rakyat hanya 150 ribu DKK per tahun sebelum pajak.
Pajak yang akan dipotong sebanyak 38% dari gaji tersebut, memang ada uang lebur tapi, kan harus bayar uang iuran untuk partai, keperluan rumah, listrik, air, pemanas, mobil dan sebagainya. Dan di Denmark tak ada rumah dinas, mobil dinas, sopir, pengawal dan sebagainya. Pokoknya menurut pengalaman mereka yang sudah pernah menjadi wakil rakyat “Abeh buleuen tulak tem” (kalau istilah Banda Aceh). Dengan gaji sebanyak itu dan kerja yang sangat berat bebannya tentu saja orang akan mikir 100 kali.
Saya sebenarnya tak berniat mau membanding-bandingkan antara Denmark dan Aceh, tapi yang saya mau sampaikan disini adalah bagaimana amanah dan bertanggung jawabnya wakil rakyat Denmark, padahal di Denmark MANUSIA juga yang jadi wakil rakyat.
Johan Makmor Habib adalah
Reporter The ACEH TIMES (Europe)
0 Komentar