PENA News | Satu acara yang mengagetkan bagi para peserta seminar ALA di Medan, ternyata mantan petinggi GAM Aceh yang berasal dari Gayo Bazarudin Banta Mude dan Liga Dinsyah ikut angkat bicara saat seminar ALA. Padahal kedua peserta ini dalam agenda tidak termasuk sebagai pemateri, namun atas hasil diskusi bersama panitia, ahirnya petinggi GAM ini dipersilahkan memberi sedikit pencerahan terhadap peserta.
Bazarudin Banta Mude mengatakan, Sabtu (12/1/2013) dia kembali ke NKRI sejak dirinya menjadi kendidat bupati di Aceh Tengah saat Pilkada lalu ,” kami memang GAM, kami juga turut melahirkan MoU Helsinki. Kami datang kesini karena kami dilahirkan di Gayo, Singkil, Alas. Mana mungkin orang Pidie mau datang kesini. Mana ada urusannya .” Sebut Bazar dan mendukung pergerakan pemerkaran Provinsi ALA.
Dia menyatakan, saat perjuangan GAM dulu dirinya orang paling dekat dengan Hasan Tiro, mereka dapat ideologi dari Hasan Tiro, serta saat di Libya Bazaruddin sebagai komandan Batalyon 3 ,” Bukan kami bangga, tapi kami salah masuk saat itu .” sebut Bazar disambut peserta tertawa.
“Kami minta dibimbing dan di arahkan, dari sini ke depan jangan dilihat kami ini dari mana. Menurutnya kalau berjuang betul-betul dan sampai mati, kita saat ini sudah memiliki tenaga, kekayaan, strategi kita juga bisa berhubungan dengan orang luar “. Ucapnya.
“Kepentingan diri kita jangan sekali-sekali diserahkan kepada orang lain, silahkan berjuang sendiri bersama satu visi. Mari kita bina politikus yang bermoral, tunjukan kepada mereka ini kami orang ALA “. Ungkap Bazarudin serta menambahkan putuskan hubungan dengan Provinsi dan berhubungan langsung dengan Jakarta.
Ditambahkannya, masyarakat kita kekurangan pemimpin saat ini, tokoh ALA dan Abas sudah tidak ada, apalagi Aceh. Jika ada masalah siapa yang bisa memperjuangakan ALA dan perjuangan tersebut tidak haram, karena mempertahankan hak dan meminta keadilan.
Bazarudin Banta Mude mengatakan, Sabtu (12/1/2013) dia kembali ke NKRI sejak dirinya menjadi kendidat bupati di Aceh Tengah saat Pilkada lalu ,” kami memang GAM, kami juga turut melahirkan MoU Helsinki. Kami datang kesini karena kami dilahirkan di Gayo, Singkil, Alas. Mana mungkin orang Pidie mau datang kesini. Mana ada urusannya .” Sebut Bazar dan mendukung pergerakan pemerkaran Provinsi ALA.
Dia menyatakan, saat perjuangan GAM dulu dirinya orang paling dekat dengan Hasan Tiro, mereka dapat ideologi dari Hasan Tiro, serta saat di Libya Bazaruddin sebagai komandan Batalyon 3 ,” Bukan kami bangga, tapi kami salah masuk saat itu .” sebut Bazar disambut peserta tertawa.
“Kami minta dibimbing dan di arahkan, dari sini ke depan jangan dilihat kami ini dari mana. Menurutnya kalau berjuang betul-betul dan sampai mati, kita saat ini sudah memiliki tenaga, kekayaan, strategi kita juga bisa berhubungan dengan orang luar “. Ucapnya.
“Kepentingan diri kita jangan sekali-sekali diserahkan kepada orang lain, silahkan berjuang sendiri bersama satu visi. Mari kita bina politikus yang bermoral, tunjukan kepada mereka ini kami orang ALA “. Ungkap Bazarudin serta menambahkan putuskan hubungan dengan Provinsi dan berhubungan langsung dengan Jakarta.
Ditambahkannya, masyarakat kita kekurangan pemimpin saat ini, tokoh ALA dan Abas sudah tidak ada, apalagi Aceh. Jika ada masalah siapa yang bisa memperjuangakan ALA dan perjuangan tersebut tidak haram, karena mempertahankan hak dan meminta keadilan.
Liga Dinsyah |
Liga Dinsyah mengatakan, mengapa kita bertemu di Medan? Wilayah kita di ALA saya tetap semangat disana jika acara tersebut dilaksanakan. Dia memaparkan pengalamannya berkiprah di GAM sejak tahun 1986, lalu di Libya disekolahkan oleh Hasan Tiro dan disana pernah kuliah jurusan Bahasa Arab juga sekolah militer.
“Saya datang ke acara ALA bukan karena kecewa dengan Aceh tapi mereka salah. Begitu juga dengan acara ini saya hadir untuk mendukung demi kesejahteraan Aceh di bagian wilayah tengah. Jika berbicara dengan Provinsi mereka akan tetap berpegangan dengan MoU ,” sebut Liga.
Jika kita lihat sejarah Aceh tidak ada penjelasan dimana batas Aceh dengan Sumatera? Tidak ada rujukan yang pasti, sedangkan dalam MoU rujukan perbatasan juga tidak jelas.” Jauhnya hubungan wilayah tengah Aceh ke Banda Aceh sangat jauh. Rentang kendali dari jaman Belanda hingga saat ini tetap tidak ada kemajuan atau tertinggal “. Ungkapnya.
“Apalagi dengan disahkannya Qanun Wali Nanggroe jelas mereka tidak menganggap orang wilayah tengah dan melecehkan kita serta kita dianggap tidak memiliki martabat. Jika tidak memiliki martabat apa gunanya kita hidup ? . Ini adalah kebutuhan rakyat wilayah tengah “. Katanya.
Selanjutnya, ke dua pemateri tambahan ini mengucapkan terimakasihnya karena telah diberikan kesempat memberikan waktu untuk menjelaskan isi hati dan pengalaman mereka saat di pasukan GAM dulu. “ Saya tidak setuju jika cara-cara berjuang tidak dengan demokrasi “. Pungkas Liga.
“Saya datang ke acara ALA bukan karena kecewa dengan Aceh tapi mereka salah. Begitu juga dengan acara ini saya hadir untuk mendukung demi kesejahteraan Aceh di bagian wilayah tengah. Jika berbicara dengan Provinsi mereka akan tetap berpegangan dengan MoU ,” sebut Liga.
Jika kita lihat sejarah Aceh tidak ada penjelasan dimana batas Aceh dengan Sumatera? Tidak ada rujukan yang pasti, sedangkan dalam MoU rujukan perbatasan juga tidak jelas.” Jauhnya hubungan wilayah tengah Aceh ke Banda Aceh sangat jauh. Rentang kendali dari jaman Belanda hingga saat ini tetap tidak ada kemajuan atau tertinggal “. Ungkapnya.
“Apalagi dengan disahkannya Qanun Wali Nanggroe jelas mereka tidak menganggap orang wilayah tengah dan melecehkan kita serta kita dianggap tidak memiliki martabat. Jika tidak memiliki martabat apa gunanya kita hidup ? . Ini adalah kebutuhan rakyat wilayah tengah “. Katanya.
Selanjutnya, ke dua pemateri tambahan ini mengucapkan terimakasihnya karena telah diberikan kesempat memberikan waktu untuk menjelaskan isi hati dan pengalaman mereka saat di pasukan GAM dulu. “ Saya tidak setuju jika cara-cara berjuang tidak dengan demokrasi “. Pungkas Liga.
SUMBER: SuaraLeuserAntara
0 Komentar