Like on Facebook

header ads

Kami Butuh Rumah dan Sekolah, Bukan Celana Dalam

PENA News -  18-08-2013
Kampung Ketol, Tawardi dan Kampung Kute Panang adalah daerah yang sangat parah ditimpa musibah pasca gempa yang menimpa Aceh Tengah. Keadaan yang sangat memprihatinkan ini telah menggugah hati Rakyat Aceh dari seluruh penjuru dunia.

Buku dan alat tulis
Rakyat Aceh yang berdomilisi di Denmark juga tidak ketinggalan untuk memberikan bantuan ala kadar kepada saudara yang tertimpa musibah ini.

Penggalangan bantuan ini dimotori oleh eks Ketua Masyarakat Aceh di Denmark Nek Hasan, dan dibantu oleh Muhammad Husin serta rekan-rekan yang lain.

Rencananya bantuan itu akan diserahkan kepada mereka yang memerlukan kebutuhan sehari-hari, tapi setelah berpikir dan berkomunikasi dengan wakil Rakyat Aceh Denmark yang ada di Aceh, Yuliana, maka dibuat kesimpulan bahwa bantuan itu digunakan untuk pendidikan, karena sangat jarang bantuan untuk pendidikan. Oleh sebab itulah kita memutuskan untuk menggunakan semua dana tersebut agar disalurkan ke anak-anak yang membutuhkan peralatan sekolah.

Alhamdulillah Tanggal 18-08-2013 bantuan itupun telah diserahkan langsung kepada anak-anak sekolah yang berada di Kampung Ketol, Bah, Tawardi dan Kampung Kute Panang. Sebanyak 300 orang anak telah mendapat perlengkapan sekolah berupa buku tulis, buku gambar, pensil, bolpen dan  pensil warna.

Anak-anak sedang menerima bantuan
Bantuan tersebut langsung diantar sendiri oleh Yuliana ke lokasi, dimana anak-anak tersebut sekolah. Ketika Team Denmark mengkonfirmasikan pada Tanggal 18-08-2013 jam 9.10 Waktu Denmark (sekitar  15. 10 WIB),  Yuliana masih berada di lokasi untuk menyerahkan bantuan.

Menurut Ibu Imam Halimah yang sempat bicara sama Team Denmark, ternyata masih banyak yang diperlukan anak-anak ini, seperti buku bacaan dan prasarana sekolah, untuk sementara ini sekolah MTSN dan SD disatukan satu sekolah yang berdinding kayu triplek dan waktu sekolahnya bergantian. Hal ini disebabkan keterbatasan lokal yang masih ada. Sebanyak tiga pertukaran jam masuk sekolah . Sementara papan tulis masih belum ada, jadi cara mengajar kemabli ke jaman batu. 

Yuliana berdiri bersama warga di Kampung Bah
Menurut seorang warga yang sempat juga bicara dengan Team Denmark, anak-anak itu terpaksa belajar secara lisan dan sebagian  guru juga harus tinggal dalam sekolah, sebab rumah guru juga hancur. Sedangkan pakaian seragam tidak semua murid ada, jadi murid-murid dibenarkan datang kesekolah walau tak pakai seragam.

Masyarakat setempat berpesan agar PEMDA (Pemerintah Daerah) bisa secepatnya membantu kampung mereka, paling tidak lokal sekolah ditambah dan papan tulis segera disediakan, agar anak-anak bisa sekolah dengan baik.

Yuliana mengucapkan terimakasih kepada bantuan WAA (http://waa-aceh.org/) Denmark yang telah sudi menggunakan hikmat mereka dalam mengirimkan bantuan tersebut. Disamping itu, ucapan terima kasih kepada Masyarakat Aceh yang ada di Denmark dari ketiga kampung tersebut, dan dari anak-anak yang telah mendapat sedikit bantuan tadi.
Reporter Team Denmark,
Johan Makmor

Posting Komentar

0 Komentar