PENA News | Tiada
yang dapat menerka apa yang akan berlaku dalam hidup manusia. Semua
berjalan sesuai izin dan kehendak Allah SWT. Manusia hanya bisa
merencanakan. Namun sang khaliq jualah yang maha menentukan. Itulah yang
berlaku pada seorang hamba-Nya yang akan dibahas pada tulisan ini.
Rohana
atau yang akrab disapa Ana begitu nama yang disematkan orangtuanya.
Lahir di Simpang Ulim, 16 Oktober 1958 ini merupakan putri tertua dari
tiga bersaudara buah kasih pasangan (Alm) Tgk M Adami dan Qamariah.
Sejak usia belia Rohana hidup dalam keluarga yang agamais, sehingga
ketika memasuki usia sekolah ia bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri
(MIN) Leung Sa (Kecamatan Madat saat ini).
“Waktu
kecil kesekolah itu jalan kaki, maklum tinggal dipelosok pesisir
sehingga tiada transportasi lain. Mancing ikan adalah kegemaran ketika
kanak-kanak, disamping mengaji dan belajar ilmu agama dengan orangtua,”
kenang ibunda tercinta dari Samsul Rizal, Intan Zahratul Mukhaira dan
Raudatul Jannah ini ketika menuturkan kisah hidupnya kepada awak media,
Rabu (23/1/2013).
Secara
keilmuan Rohana memang terbilang jenius, buktinya sejak kelas satu
hingga menyelesaikan pendidikan dasar yang kala itu selama 7 tahun, ia
selalu tampil sebagai jawara pertama disekolahnya. Begitu pula ketika
masuk sekolah lanjutan tingkat pertama di Pendidikan Guru Agama (PGA) ia
kembali meraih juara sampai akhirnya menyelesaikan pendidikannya
sebagai di PGA selama 6 tahun. (ketika itu ada PGA 4 Tahun tingkat SMP
dan PGA 2 tahun sebagai lanjutan setara SMA).
Selanjutnya
untuk memperdalam keilmuannya Ana kuliah D-II di IAIN Ar-Raniry pada
tahun 90-an setelah lulus memperoleh gelar A.Ma. tidak puas dengan gelar
kesarjaan tersebut, ia kembali melanjutkan pendidikan pada Fakultas
Hukum Universitas Samudra Langsa yang diwisuda dengan gelar Sarjana
Hukum (SH) pada tahun 2002.
Rohana saat menyerahkan penghargaan kepada Usman Abdulah pada kegiatan pesantren kilat di SDN 2 Alue Dua |
Disamping itu, Ana
kerap diutus Dinas Pendidikan setempat untuk mengikuti beragam pelatihan
baik di Aceh maupun di Sumatera Utara. Dia juga pernah mengikuti
pelatihan tutor guru agama dan kerap menjadi tim pembuat kisi-kisi dan
soal ujian semester dan Ujian Akhir Sekolah (UAS). Ana juga aktif dalam
berbagai organisasi profesi yang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai
guru agama.
Cita-cita
wanita yang peramah dan lemah lembut ini adalah ingin menjadi pendidik
(guru). Karenanya, ketika diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) ia
ditugaskan sebagai guru agama di SDN Kebun Baru sejak tahun 1983 s/d
1987 dan setelah itu ditugaskan pada SDN 14 Langsa sejak 1987 s/d 2009.
Kemudian, sejak Agustus 2009 dirinya dipercayakan menjadi Kepala Sekolah
SDN 2 Alue Dua.
Sejak
bertugas sebagai kepala sekolah ia senantiasa bekerja keras memperbaiki
sekolah tersebut. Sebagaimana diketahui dahulunya sebelum Rohana
bertugas di SDN 2 Alue Dua sekolah ini terkenal dengan “kubang kerbau”. Namun secara perlahan, tapi pasti ia beserta sejumlah dewan guru disana
memperbaiki segala sesuatunya sehingga menjadi sekolah yang layak dan
meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri. Baginya guru adalah mitra
kerja dan bukan anak buah.
Beragam
prestasi diraih sekolah itu, begitu pula dengan dewan guru yang
perlahan namun pasti berhasil diayom Rohana untuk menyetorkan Zakat Mal
kepada lembaga yang berwenang. Bahkan, Pemerintah Kota Langsa pernah
memberikan penghargaan kepadanya terkait pengumpulan zakat mal tersebut.
“Untuk pertama sekali sekolah berhasil mengumpulkan Zakat Mal yang
disalurkan langsung kepada Baitul Mal setempat,” sebut pecinta warna
hijau ini.
Waktu
terus bergulir, Rohana juga terus mendedikasikan dirinya di sekolah
yang ia pimpin. Sampai tiba masanya di pertenggahan Januari 2013 dirinya
dicopot dari jabatannya oleh penguasa baru di kota itu. Rohana pun
tertegun menerawang jauh apa salah dirinya sehingga pimpinannya tak lagi
mempercayakan ia bertugas di sekolah itu. Parahnya lagi, Rohana
ditugaskan sebagai guru agama di SDN 12 Langsa, bukan ditempatkan
menjadi kepala sekolah di sekolah lainnya.
Sebenarnya
karir Rohana sebagai guru cukup baik dan memiliki segudang prestasi. Ia
pernah menjadi Juara I MTQ dalam rangka HUT PGRI ke 44 tahun 1989,
Juara II Tilawah Qur’an Antar Instasi dan Dinas di Kota Langsa tahun
2002. disamping sejumlah prestasi lain yang telah diraihnya. Namun
malang, ia menjadi korban kolusi dari sebuah sistem di-era kepemimpinan
penguasa baru di dunia pendidikan sehingga dirinya harus rela kembali
mengajar sebagai guru biasa.
Rohana berphoto barsama Jauhari Amin saat peusijuk Kadis Pendidikan |
Kendati
pangkat/golongannya telah IV/b atau lebih besar daripada sang pimpian
Satuan Perangkat Kerja Kota (SKPK) yang membidangi pendidikan. “Secara
umum saya hanya bawahan yang selalu berusaha dapat menerima keputusan
pimpinan, walau masih terbesit tanya dalam hati, apa salah saya sehingga
harus di mutasi dan tak memiliki jabatan. Inilah perih getir pahlawan
tanpa tanda jasa,” ujar Ana lirih.
Dimata
rekan sejawatnya, Rohana adalah sosok perempuan mandiri, tegas dan
senantiasa suka membantu sesama. Dan hal paling mendasar adalah
kedisiplinannya yang datang ke sekolah tidak lebih dari pukul 7 pagi
setiap harinya. “Kami merasa kehilangan dan beliau adalah kepala sekolah
yang mampu mengayomi para dewan guru dan siswa disini,” ungkap Mariani,
S.Pd.I yang merupakan guru agama di SDN 2 Alue Dua mengenang sang
mantan Kepsek itu.
Lebih
lanjut dikatakan Mariani, mungkin mutasi Ibu Ana terkait kisruh antara
pihak sekolah dengan pedagang yang jualan di halaman sekolah. “Anak-anak
tidak boleh keluar dari pekarangan sekolah karena sesuai dengan
instruksi dari Dinas Pendidikan. Selain itu, untuk menjaga kesehatan
makanan dan minuman ketika anak jajan di sekolah makanya pihak sekolah
melarang berjualan di halaman dan dianjurkan juala pada tempat yang
telah disediakan,” tutur Mariani.
Sungguh
naïf, jika hanya persoalan itu lantas Rohana, A.Ma, SH, harus dimutasikan dari jabatannya sebagai kepala sekolah dan menjadi guru biasa.
Padahal, tidak sedikit pula kepala sekolah nakal yang masih bertahan
dan dipertahankan oleh orang-orang tertentu yang menguasai pemerintahan
di Kota Langsa.
Inilah
prahara pendidikan di kota tercinta yang harus dibenahi secara bersama.
Jangan hanya kepentingan kelompok dan individu mengorbankan Rohana yang
sejatinya menjadi teladan bagi guru dan kepala sekolah lainnya.
SUMBER: www.atjehportal.com
SUMBER: www.atjehportal.com
0 Komentar