Gerakan tanah yang terjadi di Desa Bada Iken Kecamatan Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh, mengindikasi bahwa perbukitan yang berada di selatan permukiman desa tersebut sudah tidak stabil lagi. Gerakan tanah yang terjadi di desa tersebut masuk dalam kategori Rayapan dimana gerakan tanah bergerak sangat lambat. Penyebab utama gerakan ini dikarenakan kondisi lereng yang sudah tidak stabil lagi. Ketidakstabilan lereng ini dikarenakan masuknya air hujan ke dalam lereng sehingga lereng jenuh air. Kejenuhan air ini menyebabkan tingkat kelekatkan antar butir tanah (kohesi) menjadi berkurang. Air yang masuk ke dalam lereng ini juga ikut menambah berat lereng sehingga menyebabkan lereng ini turun secara perlahan-lahan.
Kondisi lain yang ikut mendukung terjadinya rayapan ini adalah lapisan tanah/batu yang membentuk lereng tersebut adalah berupa batu pasir, batu lumpur, tufit, tefra berbutir halus, lanau (silt) dan lempung (clay). Sifat tanah yang tercampur antara pasir dan lanau membuat tanah tersebut mudah tergerus dan lolos air makin membuat lereng tersebut tidak stabil.
Pada tanggal 5 Desember 2012 lalu, saya bersama kawan-kawan ikut survey ke lokasi kejadian. Saya melihat di tebing yang bergerak tersebut, kondisi tataguna lahan yang sudah diubah oleh masyarakat menjadi kebun tanaman Sere Wangi. Hal ini tentu ikut memperparah kondisi lereng karena akar Sere Wangi ini tidak dapat menyerap air yang masuk ke dalam tanah secara maksimal. Apabila tata guna lahan masih dijaga seperti sedia kala, rasa kejadian rayapan tanah ini tidak akan terjadi karena semua air hujan yang masuk ke dalam tanah akan diserap oleh akar pohon
Peta Risiko Bencana Kabupaten Gayo Lues
Pada tanggal 5 Desember 2012, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Gayo Lues bekerjasama TDMRC Universitas Syiah Kuala telah mengadakan FGD tentang Pemetaan Daerah Rawan Bencana Kab. Gayo Lues yang dilaksanakan di Blang Kejeran. Kepala Pelaksana BPBD Gayo Lues pada kesempatan tersebut mengatakan bahwa Peta Risiko Bencana Kabupaten Gayo Lues yang dibuat oleh Tim Risk Map TDMRC-Unsyiah menjadi pedoman dasar Kab. Gayo Lues dalam menyusun Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Daerah, Rencana Aksi Daerah – Penanggulangan Risiko Bencana (RAD-PRB) dan Rencana Kontijensi serta dapat disinergikan ke dalam RPJM dan revisi RTRW yang berbasis mitigasi bencana di masa mendatang. Hal lain yang harus dilakukan adalah, masyarakat juga bisa membentuk protap di kampung masing-masing seperti yang pernah saya tulis disini. Solusi lainnya adalah setiap masyarakat punya Tas Siaga Bencana yang disiapkan sebelum bencana.
Dalam kajian Peta Risiko Bencana, Tim Risk Map TDMRC-Universitas Syiah Kuala yang pimpin oleh Dr. Eldina Fatimah telah memetakan 6 potensi bencana di Kabupaten Gayo Lues, yaitu: gempabumi, tanah longsor, banjir, banjir bandang, angin puting beliung, dan kebakaran hutan. Selain memetakan potensi bencana, juga dilakukan pemetaan terhadap kerentanan dan kapasitas, guna mendapat tingkat risiko terhadap suatu kawasan.
GIS Analisis TDMRC Suhada Arief, ST, Fauziah, ST dan Putra Pagihariadi, ST menambahkan bahwa Pengkajian risiko bencana tersebut menggunakan data dan informasi dari pemangku kepentingan dalam jajaran pemerintahan Gayo Lues yang telah diverifikasi dan divalidasi dalan acara diskusi terfokus (FGD), dari beberapa sumber lain yang terkait dengan kebencanaan, serta hasil survey langsung yang dilakukan oleh tim TDMRC-Universitas Syiah Kuala.
http://www.ibnurusydy.com
1 Komentar
Salam Kenal pengelola website Pena-Aceh.com, terima kasih banyak sudah memuat tulisan saya dalam website ini. kalau saya boleh minta, mohon link sumber http://www.ibnurusydy.com bisa dibuat menjadi link hidup sehingga memberikan kontribusi bagi blog tersebut. Terima kasih banyak sebelumnya..
BalasHapus