Andi Mallarangeng |
PENA News | Penetapan status tersangka terhadap Andi Mallarangeng tentu berimbas negatif bagi Partai Demokrat. Perkara dugaan korupsi yang melibatkan Andi makin menambah beban partai.
Pengamat politik Gun Gun Heryanto mengatakan ada 3 dampak politis pasca penetapan Andi sebagai tersangka dugaan korupsi proyek pembangunan pusat olahraga Hambalang.
"Pertama, status Andi akan semakin membenamkan citra dan reputasi Partai Demokrat di mata khalayak," kata Gun Gun saat dihubungi, Minggu (9/12/2012) malam.
Demokrat kembali disorot negatif lantaran untuk kesekian kalinya politisi muda partai terlilit perkara korupsi. "Setelah Nazaruddin dan Angelina Sondakh, kini Andi menjadi bagian dari masalah dan pastinya turut menyumbang bingkai berita negatif bagi eksistensi Demokrat yang sedang menyiapkan diri menuju kontestasi 2014," sambungnya.
Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute ini menambahkan kasus Andi juga menyumbang citra negatif bagi eksistensi pemerintahan SBY. Sejak memerintah, SBY sebut Gun Gun acapkali mengeluarkan pernyataan yang menunjukkan itikad baik memimpin upaya pemberantasan korupsi.
"Namun demikian, justru aktor-aktor yang terlibat dalam sejumlah tindakan korupsi juga kerap berasal dari orang-orang dekat SBY sendiri. Tentu, ini menjadi tamparan sekaligus tantangan bagi SBY baik sebagai orang yang mengendalikan pemerintahan saat ini, maupun sebagai orang yang berada di puncak hirarki otoritas Partai Demokrat," sambung dia.
Ketiga, penetapan Andi sebagai tersangka juga bisa menjadi pintu masuk pengembangan kasus ini ke anak tangga berikutnya. Modus korupsi lanjut Gun Gun lazimnya tidak pernah dilakukan oleh aktor tunggal. "Melainkan dilakukan berjamaah," pungkasnya.
Bagi Gun Gun, pengunduran diri Andi dari kabinet dan partai menjadi sebuah keharusan. "Karena jika tidak maka tentu akan membahayakan eksistensi KIB II secara keseluruhan," ujarnya.
Sejumlah perkara yang menjerat politisi Demokrat, menurut Gun Gun tidak lepas dari kegagalan SBY melakukan pengkaderan. "Ini lagi-lagi menunjukkan saat partai itu terjebak pada gejala 'group think' yang muncul saat sistem memiliki ketergantungan terlalu kuat pada figur," imbuhnya.
"Dalam konteks ini, adalah jika tergantung pada SBY, maka sistem kaderisasi macet, dan posisi kader di bawah kerap memanfaatkan posisinya untuk memainkan peran sendiri-sendiri. Terjadi gejala transaksional dengan atau tanpa sepengtahuan elite utamanya," tutup Gun Gun.
SUMBER: FERIKdotCOM
0 Komentar