Like on Facebook

header ads

Dihadapan Qadi, Saksi, Anda Memikul Wasiat Baginda, Dan Menjadi Saat Indah Nan Bahagia



Saya selalu tertarik dengan gaya hidup berumah tangga, sebab itu saya meminta teman karib saya untuk membuat sebuah tulisan tentang. ”Bagaimanakah sebenarnya makna perkawinan dalam Islam”. Walaupun, kita sudah tahu, apa itu perkawinan, tapi dari kehidupan sehari-hari, saya merasa dan melihat, bahwa banyak diantara kita yang rupanya tidak mengerti sama sekali, bagaimana maupun apa itu arti sebuah berumah tangga.

Disisi lain, mungkin apa yang saya rasa dan saya lihat itu bertentangan dengan adat ataupun budaya mereka. Pertanyaannya adalah, bolehkah adat dan budaya mengalahkan Ayat Allah maupun amanah Rasulnya?

Mungkin tulisan di bawah ini, tidak terlalu lengkap seperti yang anda harapkan, tapi sedikit banyak, ada pesan dalam tulisan ini yang terkadang suami atau istri telah lupa, terutama tentang hak dan kewajiban.  Selamat membaca dan saya berharap kita bisa belajar dan mengambil manfaat dari tulisan yang sedikit ini.
by Johan Makmor Habib Abdul Ghani
Inisiator
Pembela Negeri Aceh
PENA.Org dan 
Reporter The ACEH TIMES
Perwakilan Europa

Muhammad Ansar M. Daud bersama istri

Pernikahan Itu Adalah Amanah
(Oleh:Muhammad Ansar M. Daud)

Pernikahan atau perkawinan secara fiqhiah/hukum asalnya adalah boleh (jawaz). Tetapi hukum ini, dapat berubah menjadi sunnah bahkan wajib, atau makruh bahkan haram tergantung kondisi yang bersangkutan ( subjektif ).

Ayat An-Nisá:19 yang bermaksud:
Wahai orang yang beriman, tidak halal bagi Anda untuk mewarisi perempuan dengan paksaan. Dan jangan membuat kesulitan bagi mereka untuk mengambil [kembali] bagian dari apa yang anda memberi mereka kecuali mereka melakukan suatu imoralitas jelas dan pergaulilah istrimu secara patut. Bila kamu tidak menyukainya (bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu dan padahal  Illah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.(S.An Nisá: 19)

Ayat di atas telah menjelaskan kepada kita untuk bersabar dan tidak boleh menyakiti atau berlaku kasar pasangan hidup kita. Lalu apakah Tujuan Pokok Pernikahan Menurut  Al-Qur’an. Dalam ayat al-Qur’an yang sangat mashur,tentang pernikahan yang berbunyi :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum, 30 : 21)

لِتَسْكُنُواإِلَيْهَا          : supaya dapat hidup sakinah / tenteram
وَجَعَلَبَيْنَكُمْمَوَدَّةًوَرَحْمَةً : Dan tercipta kehidupan rumah tangga yang mawaddah wa rahmah / rasa kasih, sayang.

Dan dikatakan juga al-mawaddah adalah hubu ar-rajulu imra’atahu (cinta kasih seorang lai-laki kepada isterinya), sedang ar-rahmah adalah rahmatuhu iyyaha min an yushibaha bissu’ (kasih sayangnya kepada isterinya dari suatu keburukan yang menimpa isterinya).

Saat paling indah dan mendebarkan ketika anda berhadapan dengan Qadi dan di depan para saksi karena saat itu anda memikul wasiat Baginda Muhammad Rasulullah SAW. Walaupun begitu saat itupulah akan menjadi saat yang paling indah, paling bahagia.

Saat paling indah, sebab mulai saat itu cinta tidak hanya berbentuk impian dan khayalan. Saat yang paling bahagia, sebab akhirnya anda berhasil mendampingi wanita yang anda cintai (Insya Allah). Saat yang paling mendebarkan sebab mulai saat ini anda memikul amanah Allah untuk menjadi pemimpin keluarga.

Dahulu anda adalah manusia bebas yang pergi sesuka anda, tetapi sejak saat anda telah mengucapkan hijab qabul maka, ingatlah kalau anda belum pulang juga sampai larut malam,di rumah ada seorang wanita yang tidak dapat tidur, karena mencemaskan anda,kini bila berhari-hari anda tidak pulang tanpa berita,di kamar Anda ada seorang wanita lembut yang akan membasahi bantalnya dengan linangan airmata.

Dahulu bila Anda mendapat musibah anda hanya mendapat ucapan, ‘turut berduka cita’ dari sahabat-sahabat anda.Tetapi kini seorang istri akan bersedia mengorbankan apa saja agar meraih kembali kebahagiaan anda, kekasih yang diciptakan Allah untuk berbagi suka dan duka dengan anda.

Wanita yang anda nikahi bukanlah segumpal daging yang dapat anda kerat semena-mena. Dan bukan pula budak belian yang dapat anda perlakukan sewenang-wenang. Ia adalah wanita yang dianugerahkan oleh Allah untuk membuat hidup anda lebih indah dan lebih bermakna.

Ia adalah amanat Allah yang akan Anda pertanggungjawabkan di hadapan-Nya.
Rasulullah SAW bersabda :
“Ada dua dosa yang akan didahulukan Allah siksanya di dunia ini juga yaitu :
Al Bagyu dan durhaka kepada kedua orangtua”. (HR. Turmudzi, Bukhori dan thabrani)
Al Bagyu adalah berbuat sewenang-wenang, berbuat dzalim dan menganiaya orang lain.

Dan Al Bagyu yang paling dimurkai adalah berbuat zalim kepada istri menyakiti hatinya merendahkan kehormatannya mengabaikan dalam mengambil keputusan dan mencabut haknya untuk memperoleh kebahagiaan hidup bersama anda.

Karena itu Rasulullah SAW mengukur tinggi-rendahnya martabat laki-laki dari cara ia bergaul dengan istrinya Nabi yang mulia bersabda :
“Tidak akan memuliakan wanita kecuali laki-laki yang mulia, dan tidak akan merendahkan wanita kecuali laki-laki yang rendah pula”.

Rasulullah SAW adalah manusia yang paling mulia.
Dan Aisyah ra. bercerita bagaimana Rasulullah memuliakannya:
“Di rumah, kata Aisyah, “Rasulullah melayani keperluan istrinya memasak, menyapu lantai, memerah susu dan membersihkan pakaian.Rasulullah  memanggil istrinya dengan gelaran yang baik”.

Setelah Rasulullah SAW wafat, ada beberapa sahabat menemui Aisyah ra, memintanya agar menceritakan perilaku rasulullah SAW,

Aisyah sesaat tidak menjawab permintaan itu airmatanya berderai. Kemudian dengan nafas panjang ia berkata “Kaana kullu amrihi ‘ajaba’ (Ahh …. perilakunya indah). Ketika didesak untuk menceritakan perilaku Rasul yang paling mempesona. Aisyah kemudian mengisahkan bagaimana Rasul yang mulia ditengah malam bangun dan meminta izin kepada Aisyah untuk shalat malam.
“Izinkan aku beribadah kepada Rabbku ” ujar Rasulullah kepada Aisyah.

Bayangkan Saudara, sampai untuk shalat malam saja diperlukan izin istrinya. Disitu berhimpun kemesraan, kesucian, kesetiaan, dan penghormatan.Saudaraku. Kalau, saya harus menyimpulkan, nasihat saya kepada anda/jamaáh, saya ingin mengucapkan:
“Muliakanlah istri anda begitu rupa laksana Rasulullah SAW memuliakan istrinya"

Wasiat Rasulullah SAW, kepada wanita :
“Seandainya aku boleh memerintahkan manusia bersujud kepada manusia lain, aku akan perintahkan para istri untuk bersujud pada suami mereka, karena besarnya hak suami yang dianugerahkan Allah atas mereka”.
Banyak istri yang menuntut agar suaminya membahagiakan mereka, jarang terpikirkan oleh mereka bagaimana ia membahagiakan suami.

Padahal cinta kasih sayang akan tumbuh dan subur dalam suasana ‘memberi’ bukan ‘mengambil’ Cinta adalah ‘sharing’ saling berbagi.

  • Anda tidak akan memperoleh cinta kalau yang anda tebarkan adalah kebencian 
  • Anda tidak akan memetik kasih sayang kalau yang anda tanam adalah kemarahan 
  • Anda tidak akan meraih ketenangan bila yang anda suburkan dendam dan kekecewaan.


Saudariku, Anda boleh memberi apa saja yang Anda miliki, tetapi buat suami anda, tidak ada pemberian istri yang paling membahagiakan selain hati yang selalu siap berbagi kesenangan dan penderitaan. Di luar rumah, suami anda boleh jadi diguncangkan dengan berbagai kesulitan. Di luar, ia menemukan ucapan-ucapan kasar, dan tata hidup yang berat/kasar. Ia ingin ketika pulang ke rumah, menemukan wajah yang ceria, mata yang sejuk, ucapan yang lembut, dan berlindung dalam keteduhan kasih sayang sang istri yang mulia.

Rasullullah SAW yang mulia pernah berkata bahwa istri terbaik adalah:
"Yang membahagiakanmu saat kamu memandangnya, yang mematuhimu kalau kamu menyuruhnya, dan memelihara kehormatan dirinya dan hartamu bila kamu tidak ada disisinya.”
Di bagian lain, Rasul bersabda bahwa surga terletak di bawah telapak kaki kaum ibu, maka apakah rumah tangga yang anda bangun hari ini akan menjadi surga atau neraka, bergantung kepada anda sebagai ibu rumah tangga. Rumah tangga akan menjadi surga bila anda menghiasnya dengan kesabaran, kesetiaan dan kesucian.
Allah SWT berfirman:
“Wahai wanita.... ingatlah ayat-ayat Allah dan hikmah yang dbacakan dirumah-rumah kami
Sesungguhnya Allah Maha Penyayang dan Maha Mengetahui.” (QS. 33:34)

Saudara/saudari semua biasakan, kita berdoá kepada Sang Maha Pencipta “Ya Allah, karuniakanlah kepada kami istri/suami dan keturunan yang menentramkan hati kami, dan jadikanlah kami penghulu orang-orang yang bertaqwa”.

Pernah suatu saat Aisyah ra. Bercerita, setelah meninggalnya Khadijah ra. :
“Hampir setiap kali Rasulullah SAW, akan keluar rumah, beliau menyebut nama Khadijah seraya memujinya. Sehingga pada suatu hari, ketika beliau menyebutnya lagi timbul rasa cemburuku dan kukatakan padanya, “Bukankah ia hanya seorang wanita yang sudah tua, sedang Allah telah memberi Anda pengganti yang lebih baik daripada dia?”

Mendengar itu Rasulullah SAW kelihatan sangat marah, Lalu beliau berkata, “Tidak, demi Allah! Aku tidak mendapat pengganti yang lebih baik daripada dia! Dia beriman kepadaku ketika orang-orang mendustakanku. Dia membantuku dengan hartanya ketika tak seorangpun selain dia bersedia memberiku sesuatu. Dan Allah telah menganugerahkan keturunan dari padanya, dan tidak dari istri-istriku yang lain.” (Al Hadits)

Mudah-mudahan saudari dimuliakan sang suami yang baik, laksana Rasulullah SAW memuliakan Khadijah ra. Ridha suami adalah ridha Allah. “Bila seorang istri meninggal dunia, dan suaminya ridha dengan tingkah lakunya semasa hidupnya, maka wanita itu masuk surga”.

Semoga Allah memberikan keberkahan dan menetapkan keberkahan itu pada kita serta menghimpun kita di kedalam kebaikan” Amin.
Penulis adalah
Masyarakat Aceh
yang Berdomilisi di Denmark

Posting Komentar

0 Komentar