Like on Facebook

header ads

Secuil harapan dari eks kombatan untuk anggota DPRA yng baru

PENA NEWS 29-09-2014 Semoga DPRA baru bukan hanya sebagai pemberi harapan baru (PHB). Tapi DPRA yang baru harus mampu menciptakan Program-program baru untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Aceh secara menyeluruh.
terlebih dahulu kami ucapkan selamat atas pelantikan aggota DPR-Aceh dalam masa jabatan periode 2014-2019.
Bpk 2 dan tgk2 yang terhormat hari ini bpk dan tgk sudah mendapat kepercayaan dari rakyat Aceh untuk mewakilinya duduk digedung Parlemen Aceh/ gedung terhormat dan duduk dikursi empuk, ruangan ber AC.
Sebagai mantan kombantan yang ikut terlibat aktif dalam memperjuangkan kepentingan rakyat Aceh dalam menuntut keadilan yang sesuai dgn pengorbanan pada Pemerintah Republik Indonesia", hingga hari ini Aceh telah diberi kewenangan yg seluas luasnya oleh pemerintah pusat.
Imran Nisam
bagi saya harapan terbesar pada dewan baru ini adalah menghasilkan aturan-aturan dan program-program permanenisasi perdamaian, terutama dari partai Aceh sebagai basis Perjuangan.
Perjuangan bersenjata sudah kita akhiri pada thn 2005 lalu, kini saatnya membangun Aceh dgn seluruh kekuatan dan wewenang, dgn berahirnya konflik maka lahirlah sebuah perjanjian damai ( MoU) dan sampai hari ini Aceh adalah bahagian dari NKRI, tetapi kewenangan Aceh hari ini bisa dikatakan Aceh sudah merdeka dalam NKRI". oleh karna itu agr dewan yg terpilih mampu melanjutkan perjuangan dalam memperjuangkan aspirasi rayat Aceh yg berdasarkan payung Hukum Undang-undang pemerintah Aceh (UUPA), jika dalam periode ini aggota dewan tdk mampu merancang semua Qanun-qanun yg menyangkut dgn kewenangan dan kepentingan Aceh jgn harab periode selanjutnya akan ada kesempatan yang sama.
Maka setelah agt DPRA dilantik kita harapkan tdk lagi berbicara partai, tetapi semua agt DPRA bicara dan berbuatlah atas kepentingan rakyat aceh, jangan lagi terkooptasi dengan yg namanya kepentingan kelompok.
Karena Aceh baru bangkit, Aceh ini baru babes dari konflik /perang dan musibah Tsunami, alangkah lebih baik DPRA dan pemerintah aceh mau membuat sebuah Qanun jaminan hidup dan pendidikan (jadup pendidikan) kpd janda dan yatim korban konflik.
Dimana setiap bulannya semua janda dan yatim korban konflik mendapatkan semacam bantuan permanen minimal 500 rb per bulan, agar yg janda bisa menghidupi diri dan anak2 mereka, dan anak yatim 500rb/bln agar mereka ada biaya jajan supaya mereka fokus utk terus fokus pada pendidikan, minimal sampai tamatan Sekolah menengah umum (SMU).
Karna DPRA adalah kunci utama dalam menata masa depan Aceh kearah yg lebih baik, agt DPRA adalah ibarat kebun kosong yg luas, yang harus ditanami berbagai macam tanaman untuk kebutuhan hidup rakyat banyak, maknanya agt dewan yg baru hrs mampu merobah tata cara lama", kebiasaan lama agt dewan program yang lansung menyentuh kepentingan rakyat menjadi agenda terahir dalam pembahasan anggaran, dan kepentingan kelompok dan program studi banding keluar negeri menjadi agenda utama dewan terhormat. Sebaiknya itu semua sudah saatnya kita akhiri dan jangan lagi menciptakan program yang jauh dari harapan ita bersama.
Untuk apa program yg lebih besar jika program yg kecil dan lansung bermamfa'at tidak mampu kita ciptakan, jika program yg ini saja ada Qanunnya, tentu sudah sangat membantu masa depan generasi Aceh.
Jika program ini bisa berjalan insya Allah para keluarga Korban Perang Aceh jelas sudah sudah sedikit lega dan terus mereka bekerja keras untuk membesarkan anaknya yg kini rata-rata sdh mulai dewasa dan selanjutnya harapan kita anak-anak yatim Korban konflik nantinya juga bisa sekolah seperti anak-anak aceh yang lain hingga keperguruan tinggi.
Kalo program ini berasil di buat dalam satu aturan/ Qanun Aceh maka untuk para (Eks Kombatan yg hana muho sahoe- sampe uroe njoe) " para eks kombatan yg tidak tau harus kemana atau bekerja dimana sampai hari ini' tentu bisa dibuat program yg sama untuk pembinaan dan ketrampilan, mendidik sesuai keahlian masing-masing dan program kreatif, insya Allah jika Qanun pemberdayaan ini di buat tentu semua program yg menyentuh rakyat akan terakomodir, Anak yatim dan janda konflik, eks kombatan yg cacat seumur hidup, dan eks kombatan yg masih sehat tapi tidak punya keahlian apa apa.....
Karna tidak semua eks-kombantan lokal punya pemikiran cerdas dan berwawasan tinggi, hingga hari ini masih banyak eks Pasukan GAM yg tinggal di hutan dulu"sampai hari ini tidak punya pengalaman apa-apa, mereka hanya bisa Kokang dan Tembak' itu pengalaman dasar".
Jika program pemberdayaan dan mendidik ekonomi kreatif bisa dilakukan untuk eks janda dan yatim Konflik , tentunya untuk Eks Kombatan juga bisa dilakukan hal yang sama walau tdk dalam bentuk yg sama, tetapi ada program khusus yg kemudian bisa membuat kami untuk bisa mandiri secara Ekonomi.
tak ubahnya dalam sebuah pribahasa" ( alas bisa karna bisa), jangan kita biasakan yg biasa, tetapi mari kita biasakan menciptakan program2 yg berkepanjangan dan terarah, yg bermamfa'at bagi seluruh rakyat Aceh.
Itulah harapan besar kami pada dewan perwakilan rakyat Aceh yg baru dilantik, Selamat bekerja untuk rakyat dan terus bekerja sampai cita-cita rakayat Aceh tercapai.
Semoga bisa dipahami maksud kami sebagai Eks kombantan" karna kami sebagai pihak yg selama ini terasa seperti kurang diperhatikan. Terima kasih.
Wassalam Imran Nisam, Eks Kombatan Wilayah Samudera pase


Posting Komentar

0 Komentar