Like on Facebook

header ads

Sang’ Na’, Sang’ Tan’ = Hana’ Meuphat

Aceh Daerah Modal
PENA News
| Sang Na, Sang Tan merupakan definisi dari sebuah pertanyaan yang hadir ditengah-tengah Masyarakat Aceh saat ini yang disebabkan oleh keberadaan Aceh yang mempunyai pengaruh yang begitu besar terhadap adanya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Aceh merupakan daerah modal bagi berdirinya NKRI, begitulah cerita yang kita dengar ditengah–tengah masyarakat Indonesia khususnya Aceh.

Aceh merupakan daerah yang memiliki beragam budaya dan suku serta etnik didalamnya. Inspirasi kekompakan dan sifat gotong royong masyarakat Aceh dikala dahulu menjadi motivasi bagi Presiden Soekarno sebagai cikal bakal lahirnya sifat gotong royong dalam landasan  NKRI dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, pengertian Bhineka Tunggal Ika adalah walau berbeda kita tetap satu, dengan semboyan tersebutlah maka lahir sifat gotong royong ditengah-tengan masyarakat, sifat gotong royong tersebut telah diperlihatkan oleh rakyat Aceh kala itu pada saat Presiden Soekarno meminta bantuan kepada Aceh untuk membeli pesawat yang diberi nama “SEULAWAH AGAM & SEULAWAH DARA“ dengan demikian Aceh adalah daerah modal bagi berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Setelah Negara Kesatuan Republik Indonesia mengalami masa–masa sulit dan Indonesia saat itu berada pada titik terlemah dan lelah dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda, Presiden Soekarno hadir ke negeri dibawah Angin (Aceh) untuk meminta bantuan untuk mengembalikan moril rakyat Indonesia yang kala itu melemah dengan membeli pesawat terbang.

Pergolakan Aceh Sepanjang Masa
Setelah Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 belanda belum juga mau menyerahkan kedaulatan bagi Negara Republik Indonesia tahun 1947 terjadi Agresi pertama dan tahun 1948 terjadi Agresi kedua. Belanda dengan bantuan sekutunya berhasil menguasai seluruh wilayah dalam kawasan NKRI, terkecuali Aceh pada saat itu yang tidak mampu dikuasai oleh Belanda.

Dan, saat itulah Presiden Soekarno meminta bantuan kepada Tengku Daud Beureueh agar Rakyat Aceh mau membantu Indonesia, disinilah punca terjadinya pergolakan di Aceh pada tanggal 20 Juli 1948. Presiden Soekarno meminta bantuan kepada Tengku Daud Beureueh untuk membeli dua pesawat Terbang untuk Indonesia.

Kemudian Tengku Daud Beureueh menyodorkan sebuah surat kepada Presiden Soekarno yang berisikan janji-janji Presiden Soekarno bagi Aceh. Namun, Presiden Soekarno menangis dan berkata “Jikalau Kanda tidak percaya kepada saya apalah arti saya sebagai  Presiden“. Waktu juga yang menjawab janji-janji Presiden Soekarno terhadap Rakyat Aceh (‘’Lage ta’chet Bulen ngo’en sadeup’“) maknanya adalah hanya Impian dalam mimpi Indah, pergolakan yang dilakukan oleh Tengku Daud Beureueh dipatahkan.

Dan, hidup kembali setelah berganti Presiden yang dijabat oleh Soeharto pergolakan tersebut terjadi tahun 1976 yang diprakarsai oleh Tengku Hasan Ditiro yang juga bahagian dari perpanjangan perjuangan dari Tengku Daud Beureueh. Pada tahun 2004 terjadinyan musibah yang sangat mengejutkan Dunia (Tsunami). Disinilah babak baru bagi Aceh, harapan MoU Helsinki dapat terwujud sepenuhnya di Aceh, dan hal tersebut seperti Bahasa Aceh “Sang Na, Sang Tan = Hana Meuphat“. Sangat disayangkan perjuangan yang melelahkan tersebut harus jatuh pada titik terendah yaitu sama dengan nihil, dan Rakyat Aceh terbiarkan berjalan dengan sendirinya seperti “Aneuk Deuk Bak Co’t Uroe’ Timang“. Kenapa hal tersebut terjadi Aceh, disebabkan oleh kurangnya kepercayaan kita terhadap Bangsa Aceh itu sendiri, mereka yang berada pada posisi garda terdepan lemah dalam hal Management dan penerapan Leadership, miris memang nasib Rakyat Aceh hari ini  “Lage Manok sijuek“.  

Ure’ng Aceh Harus Bersatu Demi Kejayaan Aceh
Tahun 2014 merupakan tahun yang sangat melelahkan bagi Aceh, dimana bangsa Indonesia terus dilanda musibah yang bertubi-tubi, banjir, gunung meletus, longsor, gempa bumi, musim kemarau yang berkepanjangan. Seharusnya kita sebagai elemen dan komponen Bangsa Indonesia belajar dari kejadian alam tersebut, mengapa dan kenapa? itulah pertanyaan yang sering muncul.

Dan, Aceh hari ini seperti anak ayam yang kehilangan Induknya, seperti pepapatah mengatakan “Bagai Pungguk Merindukan Bulan“. Khayalan tingkat tinggi merebak dalam jiwa-jiwa generasi Aceh saat ini, akibat yang ditimbulkan oleh tidak adanya kekompakan generasi Aceh hari ini telah mengundang kehancuran yang maha dahsyat. Secara Analisis kehancuran yang sudah kita rasakan hari ini adalah kehancuran Moralitas Ureng Aceh yang sangat signifikan bahkan merata pada segala usia, sudah saatnya seluruh tokoh Aceh yang ada didaerah Aceh maupun diluar melakukan pengkajian dan musyawarah agar Aceh dapat bangkit dari kejenuhan Politik dan Ekonomi yang selama ini hanya menguntungkan kelompok dan pribadi.

Sementara Rakyat Aceh yang berpangkat kelemahan semakin terpuruk dan tenggelam dalam perkembangan Zaman, dengan bersatunya tokoh Aceh berdasarkan “Inside Analysis” akan membawa perubahan pendapatan Income perkapita Rakyat Aceh yang disebabkan gairahnya Investasi akan meningkat di Aceh apabila tokoh–tokoh Aceh bersatu dan bergandeng tangan untuk memajukan Ekonomi Aceh.

Persatuan itu akan wujud jika tokoh–tokoh tersebut kembali pada Hakikat dan Martabat Keacehan, hilangkan kepentingan kelompok maupun pribadi dahulukan kepentingan Rakyat Aceh. Dan, lakukan musyawarah terlebih dahulu sebelum menentukan keputusan serta libatkan Akademisi untuk melakukan pengkajian terhadap keputusan yang akan dilaksanakan. Dan, diterapkan kepada Rakyat Aceh, jangan seperti yang terjadi pada Project Oil Refinery yang diperjuangkan oleh Bapak Iqbal Hasan Saleh di Pemerintah Pusat.

Sementara dukungan dari Pemerintah Daerah tidak ada, padahal project tersebut mampu menampung tenaga kerja yang begitu besar dan dampak dari hadirnya Project Oil Refinery. Peranan ekonomi tempatan khususnya Aceh akan bergairah sehingga mampu menekan angka kemiskinan di sekitar Project tersebut dan kuota dari bagi hasil Migas juga akan bertambah. Aceh membutuhkan pemersatu dari perpecahan yang sedang mewabah ditubuh Ureng Aceh saat ini.

Saifuddin, ST
Oleh : Saifuddin.ST
Jubir IKBAL
(Ikatan Keluarga Blang Lancang & Rancong)


SANG NA SANG TAN = HANA MEUPHAT
IE DI LAOT HIJOE MEUNGEULUMBANG
BAKAT REUT MEUPUTA-PUTA
NYANG KEUH NASEB ANEUK ATJEH
MAKEN SI UROE MAKEN MEUPALOE

HANA MEU HOEKA ARAH TUJUAN
SAYANG BUKOEN LE NASEB DI BADAN
HAN LE ASE TAPUEJROEH BANGSA
MENYOE HANA TAWOE BAK HAKEKAT DROE

Posting Komentar

0 Komentar