Like on Facebook

header ads

Aceh Bisa Dibangun Dengan Ilmu dan Kebersamaan

PENA News | Mengunjungi perusahaan raksasa seperti Siemen mungkin sebuah pengalaman yang sangat berharga bagi kita yang awam. tentang bagaimana sebuah perusahaan raksa mengatur dan membina perusahaan mereka. Hari ini (28-11-2013), saya dan teman-teman sekelas diberi kesempatan untuk melihat langsung bagaimana proses pembuatan kincir angin raksasa yang dibuat oleh perusahaan Siemen tersebut.

Pada dasarnya, Siemen mungkin terkenal dengan barang elektronik, seperti kulkas, mesin cuci piring, kompor dan lain lain. Tapi, tak banyak yang tahu kalau Siemen juga membuat kincir angin.

Di Denmark sudah tidak asing lagi kalau yang namanya kincir angin ini. Hal ini, dikarenakan di Denmark bukan Siemen saja yang bisa buat kincir angin raksasa ini. Vestas yang juga terkenal dengan kincir anginnya dengan kualitas sagat tinggi.

Tulisan ini bukanlah untuk mempromosikan Siemen atau untuk kebanggaan diri sendiri, karena sudah bisa melihat perusahaan raksasa itu. Tetapi tulisan ini hanya untuk studi banding dalam pembangunan yang semakin pesat di dunia modern.

Perusahaan Siemen ini mempunyai 1.600 pekerja yang dipekerjakan secara bergilir dalam 4 bagian, ada yang masuk pagi, siang, malam dan weekend. Bisa dikatakan pabrik tersebut tak pernah berhenti untuk beroperasi.

Hal ini karena banyaknya pesanan yang harus disiapkan, dan saya lihat sendiri betapa rumitnya cara pembuatan kincir angin raksasa itu. Kami tidak diizinkan untuk mengambil poto di gedung itu. Jangankan di gedung produksi, di ruang informasi saja tidak diizinkan untuk mengambil photo.

Saya sendiri tidak tahu kenapa, tapi saya rasa, mereka mau melindungi hak paten produk mereka. Perusahaan Siemen yang berada di Aalborg (sebuah daerah di Denmark) ini adalah perusahaan terbesar di dunia dalam hal pembuatan kincir angin.

Walaupun perusahaan ini adalah milik German, tapi hak paten untuk pembuatan kincir angin tetap ada pada orang Denmark. Menurut keterangan orang yang jadi guide kami, satu kincir angin yang berkekuatan 2,3 MW (Milyon Watt), harganya mencapai 25 juta DKK, sekitar 54 Milyar Rupiah.

Kincir angin ini bisa bertahan selama 20 tahun, setelah itu besar kemungkinan kipas kincir tersebut harus diganti. Anda bisa bayangkan, dengan kekuatan itu, berapa kampung di Aceh bisa diterangi oleh listrik dengan satu kicir angin ini.

Kincir angin ini paling bagus diletakkan di laut atau di pinggir laut, karena di daerah itu angin selalu konstan (berterusan). Kincir angin yang berukuran besar adalah tipe B.30, 6MW (Milyon Watt) dan beratnya 23,5 ton.

Tentu harganya juga lebih mahal dari yang lebih kecil, tapi kapasitas penggunaannya juga besar. 25% listrik di Denmark dihasilkan oleh kincir angin ini, maka bisa kita bayangkan berapa banyak kincir angin yang ada di bumi dan di laut Denmark.

Dari sistem kerja mereka, begitu menarik. Dimana, mereka dalam menjalankan aktivitas kerjanya, tidak kelihatan sibuk, seperti yang saya bayangkan. Mereka bekerja sangat santai, hal ini disebabkan karena setiap orang sudah tahu tugas masing-masing dan paham apa yang harus dikerjakan. Perusahaan Siemen mempunyai cabang di USA, Canada, China, Brazil dan akan membuka cabang baru di Negara India.

Tentu saja mereka menggunakan Lean, Value Stream Maps dan Fish Bone dalam mengerjakan setiap produksi mereka. Karena sistem yang tiga ini memang sangat penting dalam sebuah perusahaan. Dan, kalau kita mau, sebenarnya sistem ini bisa kita tranfer dalam membangun sebuah negeri atau politik.

Setelah saya pelajari ilmu ini hampir setahun, dan Insya Allah akan selesai dalam setahun setengah lagi, maka saya teringat akan apa yang dilakukan oleh Jokowi dan Ahok. Mereka telah mentransfer ilmu dalam sebuah perusahaan (company) untuk membangun sebuah negeri. Mereka benar-benar menerapkan sistem Lean, value stream maps dan fish bone dalam kerja mereka sehari hari.

Terus bagaimana dengan Aceh, apakah kita orang Aceh asing dengan Sistem Lean, Value Stream Maps dan fish Bone ini.? Jawabannya adalah TIDAK. Karena banyak orang Aceh yang telah lulus sekolah bisnis (ekonomi). Lainlah ceritanya, kalau sekolah bisnis disana tidak diajarkan pelajaran Lean, Value Stream Maps dan Fish Bone ini.

Saya sangat yakin Aceh bisa kita majukan seperti daerah-daerah lain yang telah maju, contoh Makasar ataupun seperti Kota Metropolitran lainnya. Persoalannya hanya pada kemauan, sebab kalau kemauan untuk membangun Negeri Aceh tidak ada, maka jangan bermimpi Aceh akan maju.

Apa yang kita harapkan adalah, agar Pemerintah Aceh mengajak semua anak-anak Aceh yang punya skill/kemampuan di bidang masing-masing untuk bersama-sama membangun Aceh. Aceh tidak bisa kita bangun dengan Partai atau kelompok. Aceh hanya bisa kita bangun dengan ilmu dan kebersamaan. Kami harap tulisan ini bisa bermanfaat untuk kita.
Salam Damai
Sahabat PENA
(Pembela Negeri Aceh) Cabang Denmark

Johan Makmor Habib

Posting Komentar

1 Komentar