Like on Facebook

header ads

Hutan Kota Langsa Miniaturnya Kebun Raya Bogor

Salah Satu Bentuk Lansekap Hutan Kota Langsa dengan Vegetasi Berkayu, seperti jenis Damar
PENA News | Kota adalah suatu bentangan alam (lansekap) dengan berbagai macam-macam kumpulan ekosistem yang kompleks terdiri dari beberapa aspek yaitu : fisik, biologi, sosial, budaya dan ekonomi. Dengan kehadiran faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap mutu lingkungan perkotaan. Pada saat ini permasalahan yang ada di sebuah kota selain kepadatan penduduk adalah rendahnya kualitas lingkungan seperti sistem tata air, ketersedian oksigen, masalah kebisingan dan kualitas udara yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan keamanan masyarakat perkotaan serta kelestarian kehidupan satwa liar di perkotaan.

Kota Langsa yang dahulunya merupakan Ibukota Kabupaten Aceh Timur, dengan lahirnya Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2001 maka Kota Langsa menjadi daerah otonom dengan nama Pemerintah Kota Langsa. Daerah ini terbagi menjadi 5 (lima) kecamatan yaitu Kecamatan Langsa Timur, Langsa Kota, Langsa Barat dan Langsa Lama serta Kecamatan Langsa Baro yang kesuluruhan wilayahnya seluas 26.241 Ha. Dengan jumlah penduduk yang cenderung terjadi peningkatan yaitu ditahun 1991 tercatat 56.947 jiwa, pada saat tahun 2001 terjadi peningkatan berjumlah 127.261 jiwa, setelah 4 tahun sesudah yaitu tahun 2005 jumlah penduduk Kota Langsa 133.600 jiwa (Sumber Basis Data SLHD Prov. NAD).

Dengan pertumbuhan dan perkembangan Kota Langsa ternyata terpendam sebuah potensi alam yang masih tersisa dari kegiatan perambahan hutan yang berlokasi di Gampong Paya Bujok Seulemak Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa, Acheh Sumatera yaitu sebuah bentukan alam dengan sekumpulan vegetasi berkayu masih tetap tumbuh dan tegak dengan ukuran besar yang berdiameter lebih kurang 1 m yang luasnya 4 ha. Sedangkan luas areal ekosistem tersebut yang tidak bertumpang tindih dengan lahan perkebunan sawit PTPN I Langsa dan lahan pemukiman penduduk lebih kurang 16 ha. Jadi sisa lahan 14 ha merupakan vegetasi berkayu yang masih berukuran kecil dan serta semak belukar.

Pada tahun 2001 bentangan alam ini telah memberikan dorongan kepada Pendiri dan Pengurus Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Bale Juroeng yang dipimpin oleh Saudara Iskandar Haka, SE untuk mengelolanya sebagai kegiatan aktualitas dalam kepedulian LSM ini terhadap lingkungan hidup perkotaaan. Kegiatan pengelolaan kawasan tersebut didasari pada prinsip-prinsip konservasi dan dalam proses kegiatan pengelolaannya lembaga tesebut menamakan kawasan tersebut sebagai Hutan Kota Langsa. Hal ini juga seiring dengan defenisi yang ditulis oleh Nurisjah, S dan Pramukanto, Q (1995) bahwa Hutan Kota adalah suatu ekosistem daratan di perkotaan yang sebagian areal yang ditanam dengan vegetasi berkayu.

Pada saat awal pengelolaan Hutan Kota Langsa kondisi Sumber Daya Alam (SDA) yang ada dilokasi ini tidak terurus sehingga beberapa jenis vegetasi berkayu dan beberapa tanaman hias yang ada dianggap hanya sekumpulan vegetasi yang tumbuh ditanah tanpa mempuyai arti bagi ekosistem sekitarnya. Kegiatan pengelolaan kawasan ini merupakan kegiatan pembersihan lahan yang bagi aktivitas/relewan lingkungan LSM Bale Juroeng mengistilahkan kegiatan tersebut cemecah (membersihkan areal dengan parang, arit dll-red).

Kegiatan cemecah ini dilakukan aktivitis/relawan lingkungan tersebut setiap hari mulai jam 4 sore sampai dengan jam 6 sore. Untuk hari minggu dan hari libur kegiatan ini dilakukan mulai pagi hari sampai dengan sore hari. Selain kegiatan cemecah para pengurus LSM Bale Juroeng melakukan penataan tanaman melalui pemindahan tanaman (replanting) dan penanaman kembali (reboisasi).

Jika dilihat dari kaca mata keilmuan Arsitektur Pertamanan (Landscape Architecture) yang ditinjau aspek sosial LSM Bale Juroeng telah melakukan suatu kegiatan Rekayasa Sosial (Social Engineering) untuk menumbuhkan dan meningkatkan kepedulian dalam menjaga Hutan Kota Langsa. Beberapa aktifis lingkungan/relawan lingkungan dalam mengelola kawasan tersebut adalah masyarakat setempat yang tidak diberi gaji dan upah. Kegiatan yang mereka lakukan bersifat suka rela tanpa ada paksaan dari siapapun karena mereka telah sadar bahwa suatu saat nanti Hutan Kota Langsa merupakan warisan dari anak cucu yang harus dijaga, dipertahankan dan dikembangkan sebagai kawasan hutan. 
    
Dengan perkembangan waktu Hutan Kota Langsa telah menjadi sebuah bentangan alam perkotaan yang memberikan kontribusi terhadap kebutuhan oksigen kota, ketersedian air bersih disekitar kawasan tersebut, perbaikan kualitas udara, rekreasi alam (outdoor recreation) dan sebagai habitat satwa monyet dan beberapa jenis burung. Bagi penulis usaha-usaha yang telah dilakukan LSM Bale Juroeng untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan menciptakan suatu ekosistem perkotaan yang dapat menunjang kualitas lingkungan hidup di perkotaan adalah suatu kegiatan yang sangat mulia. Setiap melakukan kegiatan sehari-harinya kebutuhan biaya oparasional maupun kebutuhan lainnya berasal dari swadaya pendiri, pengurus dan partisipan serta aktivis lingkungan.

Keadaan Hutan Kota Langsa sekarang merupakan suatu potensi bentukan alam yang dimiliki Kota Langsa khususnya dan pada umum Acheh Sumatera. Potensi bentangan alam ini dimasa yang akan datang dapat dikembangkan dengan konsep kawasan hutan yang pengelolaan vegetasi berkayu pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota yang dikoordinasikan dan dimanipulasikan untuk menghasilkan keuntungan yang berganda bagi masyarakat perkotaan sebagai living green filter, cooler dan untuk meminumkan kebisingan. Bentangan alam ini juga dapat dikembangkan untuk kegiatan rekreasi alam (outdoor recreation) sehingga masyarakat mendapatkan kesegaran dan melakukan aktifitas sosialnya.

Dengan uraian kondisi tapak (existing) Hutan Kota Langsa tersebut di atas masih dapat dikembangkan menjadi sebuah kawasan dengan nama Langsa Botanic Garden atau dapat disebut sebagai Kebun Raya Langsa, miniaturnya “Kebun Raya Bogor”. Jika Kota Jakarta dikenal dengan Monasnya, Kota Bogor bangga dengan Kebun Raya Bogor, Kota Cisarua diminati dengan Taman Safarinya maka Kebun Raya Langsa diharapkan kedepan sebagai trandmark Kota Langsa. Selain dikembangkan sebagai fungsi tersebut, kawasan hutan ini juga dapat sebagai tempat bank tanaman khas flora Acheh maupun tanaman langka. Begitu besarnya potensi bentangan alam ini sehingga vegetasi berkayu yang masih tersisa dapat memberikan kontribusi dari segala aspek baik fisik, biologi, ekonomi, sosial dan budaya dengan kemudahan pencapaian (aksesiblitas) yang jaraknya lebih kurang 3 km dengan pusat perkotaan.











Achdial F.A.
adalah Arsitek Pertamanan (Landsacpe Architect)
alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) Bogor

Posting Komentar

0 Komentar