Like on Facebook

header ads

Whuaah, Terasa Sangat Gurihnya Kari Kambing Aceh

Kari Kambing Aceh tampak mengepul di atas wajan raksasa
PENA News | Setelah dua setengah jam lebih duduk dalam pesawat yang membawa saya dari Jakarta menuju Banda Aceh, perut saya mulai terasa keroncongan. Begitu kaki menginjak bumi Serambi Mekkah, saya langsung menuju rumah makan yang menyajikan masakan khas Aceh. Meskipun masakan khas Aceh banyak terdapat di ibukota, merasakan langsung di tempat asalnya tentu lebih afdol. Kali ini saya ingin mencicipi masakan dari kambing yang tersohor, yaitu Kari Kambing Aceh.

Dari Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda menuju Banda Aceh, kami melewati perempatan yang disebut Simpang Surabaya. Entah kenapa dinamakan demikian, sopir yang mengantar kami yang memang asli Aceh pun tak tahu sejarahnya. Tak apalah, itu tak penting, yang penting di dekat Simpang Surabaya ada sederetan warung makan yang menyajikan Kari Kambing khas Aceh. Warung-warung ini penampilannya sama, sederhana seperti warung makan kebanyakan. Yang membedakan adalah adanya wajan besar di atas tong besi, mirip dengan tong yang biasa dipakai sebagai wadah oli atau minyak. Rupanya ini hanyalah potongan seng yang melengkung untuk menutupi kompor yang terus memanaskan kari kambing di wajan raksasa. Sang koki terus mengaduk kari kambing yang dipanaskan sambil sesekali menuangkan kuahnya ke dalam mangkok pesanan pembeli.

Begitu tiba, kami langsung memesan kari kambing dan es timun. Tak perlu lama menunggu, meskipun sedang jam makan siang, kari kambing beserta nasi segera datang. Penampakan kari ini tak jauh beda dari gulai kambing pada umumnya. Kuahnya berwarna kuning agak keruh, dengan potongan daging kambing beserta tulang tenggelam di dalamnya. Baunya sangat segar, aroma bumbu rempah-rempah sangat terasa, tanpa sedikitpun bau prengus khas kambing. Kuah yang keruh menandakan banyaknya bumbu-bumbu terlarut di dalamnya, lengkap dengan sumsum yang berasal dari tulang. Selain kari kambing dan nasinya, disajikan pula potongan daging kambing bakar dan potongan lombok rawit hijau.

Kari kambing Aceh yang sangat gurih dan menggugah selera
Saatnya mencicipi! Sesendok kari kambing saya masukkan dalam mulut. Whuaah, terasa sangat gurih dengan bumbu rempah yang sangat mencolok… Uniknya, tak terasa sedikitpun rasa manis seperti pada gulai atau tongseng di Jawa. Rasa karinya sangat kuat dan lezat, mirip dengan kari arab atau india.  Tak heran, sejarah panjang Aceh yang dikenal sebagai Serambi Mekkah juga berpengaruh pada kulinernya yang mendapat banyak pengaruh dari Timur Tengah. Saya sendiri sangat terkesan dengan rasa kari yang lebih terkesan original, karena selama ini saya lebih sering makan tongseng atau gulai, sementara baru kali ini merasakan kari kambing Aceh yang original. Setelah mencicipi kuah, giliran potongan dagingnya saya cicipi.
.
Tak mengejutkan, rasa kari yang kuat dan lezat juga meresap ke dalam dagingnya. Potongan daging kambingnya empuk namun masih terasa berserat, tidak prengus, dan rasa karinya begitu menyerap. Setelah mencicipi daging di kuah kari, giliran potongan daging bakar yang saya cicipi. Daging bakar ini rasanya lebih kering namun sangat gurih. Dicampur dengan kuah kari dan potongan cabe rawit, paduannya menciptakan harmoni rasa yang sulit untuk ditolak. Tak terasa, meskipun nasi putih yang dihidangkan sangat banyak, setidaknya untuk porsi saya, akhirnya nasi beserta karinya benar-benar tandas. Oya, Anda sebaiknya menghabiskan kari kambing selagi panas, karena jika dingin bumbunya akan mengendap dan minyaknya akan menggumpal sehingga mengurangi kelezatan rasa karinya. Ini juga yang menyebabkan penjual kari selalu memanaskan dan mengaduk karinya di tungku raksasa.

Puas makan nasi kari kambing, kini giliran es timun yang jadi sasaran. Es timun ini sebenarnya sederhana saja, hanya berupa serutan timun yang diberi air, es, dan gula. Namun ini tidak mengurangi kelezatan dan kesegarannya. Es dan timun yang bersifat dingin sangat cocok untuk meredakan rasa pedas dan panas dari kari kambing. Tak heran es timun menjadi favorit minuman pendamping kari kambing.

Anda pasti penasaran, berapa harga yang harus dibayar untuk menikmati kelezatan ini. Tiga porsi nasi kari kambing, lengkap dengan potongan daging bakar, beserta tiga es timun hanya menghabiskan bekal kami sebanyak 100 ribu rupiah. Saya tak bertanya detil berapa rupiah per porsinya, tapi ini jelas lebih murah daripada standar Jakarta. Untuk seporsi sop kambing di restoran ternama saja bisa menghabiskan 50 ribu atau lebih. Tak heran, warung ini menjadi favorit berbagai kalangan, termasuk kalangan pejabat yang juga turut makan siang disana beserta ajudan-ajudannya. Jadi jika Anda hendak bepergian ke Aceh, jangan lupa menikmati kari kambing di seputaran Simpang Surabaya. (Puputaryanto)

Posting Komentar

0 Komentar