Like on Facebook

header ads

Prahara Pendidikan, Membersihkan “Kubang Kerbau” SDN 2 Alue Dua

PENA News | Tiada yang dapat menerka apa yang akan berlaku dalam hidup manusia. Semua berjalan sesuai izin dan kehendak Allah SWT. Manusia hanya bisa merencanakan. Namun sang khaliq jualah yang maha menentukan. Itulah yang berlaku pada seorang hamba-Nya yang akan dibahas pada tulisan ini.

Rohana atau yang akrab disapa Ana begitu nama yang disematkan orangtuanya. Lahir di Simpang Ulim, 16 Oktober 1958 ini merupakan putri tertua dari tiga bersaudara buah kasih pasangan (Alm) Tgk M Adami  dan Qamariah. Sejak usia belia Rohana hidup dalam keluarga yang agamais, sehingga ketika memasuki usia sekolah ia bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Leung Sa (Kecamatan Madat saat ini). 

“Waktu kecil kesekolah itu jalan kaki, maklum tinggal dipelosok pesisir sehingga tiada transportasi lain. Mancing ikan adalah kegemaran ketika kanak-kanak, disamping mengaji dan belajar ilmu agama dengan orangtua,” kenang ibunda tercinta dari Samsul Rizal, Intan Zahratul Mukhaira dan Raudatul Jannah ini ketika menuturkan kisah hidupnya kepada awak media, Rabu (23/1/2013).

Secara keilmuan Rohana memang terbilang jenius, buktinya sejak kelas satu hingga menyelesaikan pendidikan dasar yang kala itu selama 7 tahun, ia selalu tampil sebagai jawara pertama disekolahnya. Begitu pula ketika masuk sekolah lanjutan tingkat pertama di Pendidikan Guru Agama (PGA) ia kembali meraih juara sampai akhirnya menyelesaikan pendidikannya sebagai di PGA selama 6 tahun. (ketika itu ada PGA 4 Tahun tingkat SMP dan PGA 2 tahun sebagai lanjutan setara SMA).

Selanjutnya untuk memperdalam keilmuannya Ana kuliah D-II di IAIN Ar-Raniry pada tahun 90-an setelah lulus memperoleh gelar A.Ma. tidak puas dengan gelar kesarjaan tersebut, ia kembali melanjutkan pendidikan pada Fakultas Hukum Universitas Samudra Langsa yang diwisuda dengan gelar Sarjana Hukum (SH) pada tahun 2002.

Rohana saat menyerahkan
penghargaan kepada Usman Abdulah
pada kegiatan pesantren kilat
di SDN 2 Alue Dua
Disamping itu, Ana kerap diutus Dinas Pendidikan setempat untuk mengikuti beragam pelatihan baik di Aceh maupun di Sumatera Utara. Dia juga pernah mengikuti pelatihan tutor guru agama dan kerap menjadi tim pembuat kisi-kisi dan soal ujian semester dan Ujian Akhir Sekolah (UAS). Ana juga aktif dalam berbagai organisasi profesi yang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai guru agama.

Cita-cita wanita yang peramah dan lemah lembut ini adalah ingin menjadi pendidik (guru). Karenanya, ketika diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) ia ditugaskan sebagai guru agama di SDN Kebun Baru sejak tahun 1983 s/d 1987 dan setelah itu ditugaskan pada SDN 14 Langsa sejak 1987 s/d 2009. Kemudian, sejak Agustus 2009 dirinya dipercayakan menjadi Kepala Sekolah SDN 2 Alue Dua.

Sejak bertugas sebagai kepala sekolah ia senantiasa bekerja keras memperbaiki sekolah tersebut. Sebagaimana diketahui dahulunya sebelum Rohana bertugas di SDN 2 Alue Dua sekolah ini terkenal dengan “kubang kerbau”. Namun secara perlahan, tapi pasti ia beserta sejumlah dewan guru disana memperbaiki segala sesuatunya sehingga menjadi sekolah yang layak dan meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri. Baginya guru adalah mitra kerja dan bukan anak buah.

Beragam prestasi diraih sekolah itu, begitu pula dengan dewan guru yang perlahan namun pasti berhasil diayom Rohana untuk menyetorkan Zakat Mal kepada lembaga yang berwenang. Bahkan, Pemerintah Kota Langsa pernah memberikan penghargaan kepadanya terkait pengumpulan zakat mal tersebut. “Untuk pertama sekali sekolah berhasil mengumpulkan Zakat Mal yang disalurkan langsung kepada Baitul Mal setempat,” sebut pecinta warna hijau ini.

Waktu terus bergulir, Rohana juga terus mendedikasikan dirinya di sekolah yang ia pimpin. Sampai tiba masanya di pertenggahan Januari 2013 dirinya dicopot dari jabatannya oleh penguasa baru di kota itu. Rohana pun tertegun menerawang jauh apa salah dirinya sehingga pimpinannya tak lagi mempercayakan ia bertugas di sekolah itu. Parahnya lagi, Rohana ditugaskan sebagai guru agama di SDN 12 Langsa, bukan ditempatkan menjadi kepala sekolah di sekolah lainnya.

Sebenarnya karir Rohana sebagai guru cukup baik dan memiliki segudang prestasi. Ia pernah menjadi Juara I MTQ dalam rangka HUT PGRI ke 44 tahun 1989, Juara II Tilawah Qur’an Antar Instasi dan Dinas di Kota Langsa tahun 2002. disamping sejumlah prestasi lain yang telah diraihnya. Namun malang, ia menjadi korban kolusi dari sebuah sistem di-era kepemimpinan penguasa baru di dunia pendidikan sehingga dirinya harus rela kembali mengajar sebagai guru biasa. 

Rohana berphoto barsama
Jauhari Amin saat peusijuk
Kadis Pendidikan
Kendati pangkat/golongannya telah IV/b atau lebih besar daripada sang pimpian Satuan Perangkat Kerja Kota (SKPK) yang membidangi pendidikan. “Secara umum saya hanya bawahan yang selalu berusaha dapat menerima keputusan pimpinan, walau masih terbesit tanya dalam hati, apa salah saya sehingga harus di mutasi dan tak memiliki jabatan. Inilah perih getir pahlawan tanpa tanda jasa,” ujar Ana lirih.   

Dimata rekan sejawatnya, Rohana adalah sosok perempuan mandiri, tegas dan senantiasa suka membantu sesama. Dan hal paling mendasar adalah kedisiplinannya yang datang ke sekolah tidak lebih dari pukul 7 pagi setiap harinya. “Kami merasa kehilangan dan beliau adalah kepala sekolah yang mampu mengayomi para dewan guru dan siswa disini,” ungkap Mariani, S.Pd.I yang merupakan guru agama di SDN 2 Alue Dua mengenang sang mantan Kepsek itu.

Lebih lanjut dikatakan Mariani, mungkin mutasi Ibu Ana terkait kisruh antara pihak sekolah dengan pedagang yang jualan di halaman sekolah. “Anak-anak tidak boleh keluar dari pekarangan sekolah karena sesuai dengan instruksi dari Dinas Pendidikan. Selain itu, untuk menjaga kesehatan makanan dan minuman ketika anak jajan di sekolah makanya pihak sekolah melarang berjualan di halaman dan dianjurkan juala pada tempat yang telah disediakan,” tutur Mariani.

Sungguh naïf, jika hanya persoalan itu lantas Rohana, A.Ma, SH, harus dimutasikan dari jabatannya sebagai kepala sekolah dan menjadi guru biasa. Padahal, tidak sedikit pula kepala sekolah nakal yang masih bertahan dan dipertahankan oleh orang-orang tertentu yang menguasai pemerintahan di Kota Langsa.

Inilah prahara pendidikan di kota tercinta yang harus dibenahi secara bersama. Jangan hanya kepentingan kelompok dan individu mengorbankan Rohana yang sejatinya menjadi teladan bagi guru dan kepala sekolah lainnya.

SUMBER: www.atjehportal.com


Posting Komentar

0 Komentar